REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki berencana meluncurkan penyelidikan internasional terhadap kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi. Ankara menuding terdapat negara-negara Barat yang sengaja menutupi kasus tersebut.
"Ada negara-negara Barat yang berusaha menutupi kasus ini. Saya tahu alasannya, kami tahu dan melihat jenis transaksi apa yang dibuat. Kami melihat bagaimana mereka yang berbicara tentang kebebasan pers sekarang menutupi ini setelah melihat uang," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Senin (21/1).
Menurutnya, hal itu yang menjadi alasan Turki berencana membawa kasus Khashoggi ke penyelidikan internasional. "Kami membuat persiapan untuk investigasi internasional dalam beberapa hari mendatang dan kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan," ujar Cavusoglu.
Khashoggi, jurnalis the Washington Post, dibunuh dan dimutilasi di gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober. Hingga kini potongan jasadnya belum ditemukan.
Saudi telah menahan 11 tersangka yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Pada Desember tahun lalu, pengadilan Saudi telah menggelar sidang perdana kasus tersebut. Kantor Jaksa Penuntut Umum Saudi mengatakan, lima tersangka di antaranya dituntut hukuman mati.
Kendati demikian, mereka mengklaim penyidikan atas kasus tersebut masih terus berjalan. Namun, Turki masih belum puas atas penyidikan yang dilakukan Saudi. Ankara sempat menyerukan Riyadh agar mengekstradisi para tersangka ke negaranya. Namun Saudi menolak mematuhinya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menuding bahwa pejabat tinggi Saudi berada di balik pembunuhan Khashoggi. Tudingan itu sempat ditafsirkan mengarah pada Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Sebab, salah satu tersangka yang terlibat kasus itu merupakan orang terdekat Pangeran MBS.