Rabu 30 Jan 2019 13:23 WIB

Korsel Tambah Migas dari AS demi Pererat Hubungan Bilateral

Pembelian migas Korsel dari AS naik empat kali lipat.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Ilustrasi kilang minyak
Foto: AP
Ilustrasi kilang minyak

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Demi mempererat hubungan bilateral Korea Selatan (Korsel) membeli lebih banyak gas dan minyak dari Amerika Serikat (AS). Refinitiv Eikon mengungkapkan data aliran perdagangan yang menunjukan pada bulan Januari dan Februari tahun ini Korsel diperkirakan akan membeli 18 juta barel minyak mentah dan 900 ribu ton liquefied natural gas (LNG) dari AS.

Artinya pembelian minyak mentah Korsel ke AS naik empat kali lipat dibandingkan tahun lalu tapi ada sedikit penurunan dalam pembelian LNG. Hal itu juga menandakan rekor pembelian minyak dan gas Korsel ke AS terus berlanjut.

Lompatan impor minyak dan gas Korsel tersebut didorong oleh upaya Presiden AS Donald Trump untuk menekan defisit perdagangan AS. Hal itu terutama dengan rekan dagang utama AS yang menjual lebih banyak dari pada membeli. Ekspor minyak dan LNG menjadi salah satu strategi pemerintah Trump menekan defisit perdagangan tesebut.

"Sampai saat ini tren (import minyak AS) tetap bertahan, minyak mentah AS sedikit lebih ekonomis dibandingkan Timur Tengah dan Laut Utara," kata sumber perminyakan Korsel yang tidak disebutkan namanya karena kebijakan perusahaannya, Rabu (30/1).

Volume minyak mentah dan LNG ke Korsel melimpah pada tahun 2018. Sementara pasokan dari Timur Tengah semakin berkurang ditengah keputusan OPEC mengurangi produksi minyak mentah dan sanksi baru AS terhadap Iran.

Pada tahun lalu, AS adalah pemasok minyak mentah terbesar keenam Korsel. Peringat tertinggi yang pernah dicapai AS. Mereka juga pemasok LNG terbesar ketiga ke Korea Selatan. Sementara Korsel menjadi importir LNG terbesar ketiga bagi AS.

Berdasarkan data yang ditunjukan bea cukai Korsel pada 2018 lalu impor minyak mentah dari AS naik empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 impor minyak AS hanya senilai 1,5 miliar dolar AS sementara pada tahun 2018 mencapai 6,75 miliar dolar AS.

Nilai impor minyak AS pun naik enam kali lipat. Pada 2017, impor minyak AS hanya sebesar 725 juta miliar dolar AS sementar pada 2018 naik menjadi 4,5 miliar dolar AS.

"Membeli lebih banyak minyak dan gas AS menjadi salah satu strategi Korsel untuk memperluas surplus perdagangan kami terhadap AS yang menjadi alasan perjanjian perdagangan bebas AS-Korsel direvisi," kata Direktur Asosiasi Perdagangan Internasional Korsel Je Hyun-jung.

Pada tahun lalu perdagangan Korsel dengan AS hanya surplus sebesar 13,86 miliar dolar AS. Surplus terendah sejak tahun 2011 lalu. Turun sebesar 22,4 persen dari 17,86 miliar dolar AS pada tahun sebelumnya. 

Pada 2017, Trump mengancam akan melakukan menegosiasikan ulang perjanjian perdagangan yang menurutnya 'sangat buruk'. Sebab, perdagangan AS dengan Korsel selalu defisit sejak 2012.    

Pada tahun lalu kedua negara sepakat untuk merevisi perdagangan mereka. Korsel membatasi eksport baja ke AS untuk menghindari tarif tinggi dan memberikan akses pasar yang lebih besar lagi kepada pabrik mobil AS. Revisi perdagangan ini mulai berlaku pada 1 Januari 2019.

Korsel mengimpor hampir seluruh bahan bakar. Mereka adalah importir minyak mentah terbesar kelima di dunia dan importir LNG terbesar ketiga di dunia. Biasanya mereka mengambil 80 persen pasokan minyak mentah dan 40 persen pasokan LNG mereka dari Timur Tengah.

Impor minyak mentah AS tumbuh pada tahun lalu. Sementara pasokan minyak mentah dari Timur Tengah turun sebesar 73,5 persen, terendah sejak 2002.

Baca: Senjata Nuklir Korut Dinilai Masih Mengancam AS

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement