REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Direktur komunikasi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Fahrettin Altun, menuding Arab Saudi menutup-nutupi kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Menurutnya, hal itu telah merusak kredibilitas Riyadh dalam penyelidikan kasus tersebut.
Altun menyayangkan sikap tertutup Saudi terhadap Turki dan komunitas internasional yang berkepentingan dalam penyelidikan kasus Khashoggi. "Selama empat bulan terakhir, pihak berwenang Saudi kurang terbuka dalam berurusan dengan mitra-mitra Turki mereka dan masyarakat internasional," ujar Altun pada Jumat (8/2).
Dia menilai, Saudi harus mengekstradisi para pelaku pembunuhan Khashoggi ke Turki demi kepentingan penyelidikan dan keadilan. "Otoritas Saudi harus mengekstradisi pembunuh Khashoggi ke Turki, di mana mereka melakukan pembunuhan berencana, sebagai bukti kesediaan mereka (Saudi) untuk melayani tujuan keadilan," katanya.
Sejauh ini, kata Altun, hasil penyelidilan Turki terhadap kasus Khashoggi sama seperti temuan Amerika Serikat (AS). Turki berkomitmen untuk bekerja sama dalam penyelidikan potensial AS terhadap kasus tersebut.
"Dunia sedang menyaksikan. Turki, bersama dengan semua negara yang percaya pada demokrasi dan kebebasan, mencari keadilan dan kebenaran," kata Altun.
Sebelumnya, pelapor khusus PBB untuk eksekusi di luar hukum yang memimpin penyelidikan internasional terhadap kasus Khashoggi, Agnes Callamard mengatakan, pejabat Saudi terlibat dalam merencanakan pembunuhan Khashoggi.
"Bukti yang dikumpulkan selama misi saya ke Turki memperlihatkan bahwa Khashoggi adalah korban pembunuhan terencana dan brutal, yang direncanakan dan dilakukan para pejabat Arab Saudi," ujar Callamard.
Menurut dia, penyelidikan yang dilakukan Turki secara transparan telah sejalan dengan hukum internasional. Namun hal itu dibatasi dan dirusak oleh Saudi.
Khashoggi, jurnalis the Washington Post, dibunuh dan dimutilasi di gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober tahun lalu. Hingga kini potongan jasadnya belum ditemukan.
Saudi telah menahan 11 tersangka yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Pada Desember tahun lalu, pengadilan Saudi menggelar sidang perdana kasus tersebut. Kantor Jaksa Penuntut Umum Saudi mengatakan, lima tersangka di antaranya dituntut hukuman mati.
Namun, Turki belum merasa puas atas proses peradilan yang dilakukan Saudi. Ankara menilai masih banyak hal yang belum terungkap dalam kasus itu. Turki bahkan menuding terdapat negara-negara Barat yang sengaja menutupi kasus tersebut.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menuding terdapat pejabat tinggi Saudi yang terlibat dalam kasus pembunuhan Khashoggi. Namun, Erdogan tak menyatakan secara gamblang siapa pejabat tinggi yang dimaksud.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) adalah tokoh yang kerap disebut memerintahkan pembunuhan Khashoggi. Tudingan kepadanya didasari atas keterlibatan Saud al-Qahtani dalam kasus itu. Al-Qahtani diketahui merupakan tangan kanan Pangeran MBS.
CIA yang turut menyelidiki kasus Khashoggi memiliki dugaan serupa. Dalam laporannya CIA meyakini Pangeran MBS adalah otak pembunuhan Khashoggi.
Baca: PBB: Pembunuhan Khashoggi Dilakukan Pejabat Arab Saudi