Jumat 15 Feb 2019 16:07 WIB

Maduro Gantungkan Harapan Ekspor Minyak ke Asia

Oposisi tuduh Maduro perintahkan penangkapan massal dan buat rakyat kelaparan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Budi Raharjo
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro
Foto: whatsnextvenezuela.com
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro yakin bisa menebus pendapatan dari sektor minyak yang menurun karena sanksi Amerika Serikat (AS). Maduro mengatakan kini Venezuela mengincar pasar Asia terutama India, dimana perusahaan minyak Venezuela PDVSA sedang menegosiasikan kesepakatan dagang yang baru.

"Kami sudah membangun jalur ke Asia selama bertahun-tahun, ini jalur yang sukses, setiap tahunnya mereka membeli volume dan jumlah minyak yang sangat banyak," kata Maduro, Jumat (15/2).

Pemerintah AS melarang pembeli dari negara Paman Sam itu untuk membeli minyak dari Venezuela. Sanksi ini bertujuan agar Maduro tidak dapat menggunakan keuntungan penjualan minyak tersebut untuk mempertahankan kekuasaannya.

Maduro juga menyinggung tentang Cina dan terutama Rusia yang terus mendukungnya. Kedua negara itu peminjam terbesar Venezuela, mereka juga banyak investasi di sektor minyak dan senjata selama bertahun-tahun.

Maduro mengatakan dukungan Presiden Rusia Vladimir Putin berisiko membuat krisis di Venezuela menjadi pertarungan geopolitik antara AS dan Rusia yang mengingatkannya dengan Perang Dingin.

Ditengah tekanan dalam dan luar negeri, Maduro mengatakan tidak akan menyerahkan kekuasaanya. Ia mengatakan bantuan bantuan kemanusiaan AS yang kini berada di gudang di perbatasan Kolombia hanya 'remah-remah' dibandingkan apa yang dilakukan AS yang membekukan aset dan pendapatan minyak Venezuela di luar negeri.

"Mereka menggantung kami, mencuri uang kami dan lalu berkata 'ini ambil remah-remah' dan membuat pertunjukan global dari itu, dengan martabat kami katakan 'tidak ada pertunjukan global' siapa pun yang ingin membantu Venezuela akan disambut, tapi kami memiliki kemampuan untuk membayar apa pun yang kami butuhkan," kata Maduro.

Oposisinya mengatakan mantan supir bus 56 tahun itu tidak lagi bersentuhan dengan akarnya dari kelas pekerja. Mereka menunduh Maduro memerintahkan penangkapan massal dan membuat rakyat Venezuela kelaparan sementara ia dan orang-orang terdekatnya termasuk petinggi militer memenuhi kantong mereka dengan uang hasil korupsi.

Namun Maduro mengabaikan sebutan 'diktaktor' dengan mengatakan media yang berideologi Barat berusaha untuk menghancurkan revolusi sosialis yang dimulai almarhum Hugo Chavez. Ia menempatkan dirinya bersama tokoh-tokoh kiri Amerika Latin seperti Salvador Allende dari Chile sampai Jacobo Arbenz dari Guatemala yang berpuluh-puluh tahun lalu dikudeta oleh kelompok yang dukung AS.

"Saya tidak takut, saya hanya khawatir dengan nasib tanah air saya dan rakyat kami dan anak-anak laki-laki dan perempuan kami dan itulah yang memberi energi kepada saya," kata Maduro.

Ia menambahkan serangan bom drone tahun lalu tidak membuatnya gentar. Pada Agustus 2018 lalu sebuah drone mendekati Maduro yang berpidato di Caracas. Maduro selamat tapi tujuh tentara terluka akibat serangan tersebut. n Lintar Satria/AP

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement