Senin 04 Mar 2019 06:05 WIB

AS dan Korsel Sepakat Hapus Latihan Militer Bersama

Penghentian latihan militer untuk mendukung penyelesaian krisis nuklir di Korut.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi latihan militer gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Foto: EPA-EFE/KIM HEE-CHUL
Ilustrasi latihan militer gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID,  SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk menghapuskan latihan militer besar-besaran pada musim semi sebagai upaya mendukung diplomasi menyelesaikan krisis nuklir di Korea Utara. Keputusan tersebut diumumkan setelah Presiden AS Donald Trump mengeluhkan tentang biaya latihan bersama, ketika pertemuan puncak kedua dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un di Vietnam.

Plt Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan dan Menteri Pertahanan Korsel Jeong Kyeong-doo menegaskan, keputusan untuk menyelesaikan program pelatihan bersama tersebut merupakan keinginan untuk mengurangi ketegangan. Selain itu, keduanya sepakat mendukung upaya diplomatik untuk mencapai denuklirisasi di Semenanjung Korea.

Baca Juga

Adapun, Jeong menyatakan penyesalannya karena tidak ada kesepakatan yang terjalin dalam pertemuan puncak kedua antara Kim dan Trump beberapa waktu lalu. Jeong berharap, Washington dan Pyongyang akan melanjutkan negosiasi agar tercapai kesepakatan.

Kepala pertahanan AS dan Korsel memutuskan untuk menyelesaikan serangkaian latihan Key Resolve dan Foal Eagle. Dalam pernyataannya, para sekutu setuju untuk mempertahankan kesiapan militer melalui latihan pos komando yang baru dirancang, dan program pelatihan lapangan yang direvisi.

Program pelatihan baru diberi nama Dong Maeng atau yang berarti Aliansi. Pelatihan baru ini akan dimulai pada Senin esok, hingga 12 Maret 2019. Pelatihan tersebut akan fokus pada aspek strategis operasional dan taktis untuk operasi militer umum di Semenanjung Korea.

Pelatihan baru tersebut akan dilakukan dalam skala kecil, dan melibatkan unit yang lebih kecil. Para pejabat AS mengatakan, Pentagon akan fokus pada latihan yang lebih kecil yakni mencakup kemampuan untuk mengintegrasikan serangan udara dan penggunaan sistem senjata lainnya termasuk drone, aset pengawasan, logistik, dan komunikasi.

Pada November lalu, sekitar satu bulan sebelum mengundurkan diri sebagai menteri pertahanan, Jim Mattis mengungkapkan bahwa AS dan Korsel akan mengurangi latihan musim semi. Tujuannya yakni untuk menghindari mundurnya diplomasi atas senjata nuklir Korut.

Ketika itu Mattis menggambarkan hal tersebut sebagai reorganisasi latihan dan bukan akhir dari operasi militer berasama di semenanjung. Adapun Presiden Trump memang telah lama mengeluhkan tentang biaya latihan militer bersama dengan Korsel. Setelah pertemuan puncak kedua dengan Kim, Trump menyebutkan bahwa biaya latihan tersebut sangat mahal.

"Ini sangat, sangat mahal dan kami harus memikirkannya juga," kata Trump.

Selain itu, Trump juga telah mendorong Korsel untuk meningkatkan kontribusi keuangan untuk membiayai 28.500 tentara AS yang ditempatkan di negara tersebut. Dia sebelumnya mengancam akan menarik pasukan dari Korsel dan Jepang jika mereka menolak membayar biaya itu.

Media pemerintah Korut belum memberikan komentar atas pembatalan latihan militer tersebut. Setelah pertemuan puncak di Hanoi, AS dan Korut saling tuding atas gagalnya kesepakatan denuklirisasi. Namun, kedua belah pihak tidak menarik diri dari negosiasi. Sementara itu, secara teknis Semenanjung Korea tetap dalam keadaan perang karena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement