REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Jasad jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi diduga dibakar di sebuah tungku yang berada di kediaman konsul jenderal Saudi di Istanbul, Turki. Hal itu diungkap tim film dokumenter media Aljazirah Arab, mengutip pejabat keamanan, politisi, dan rekan-rekan Khashoggi di Turki.
Dalam tayangan yang disiarkan pada Ahad (3/3) malam, Aljazirah Arab menampilkan wawancara dengan seorang pekerja yang membangun tungku di rumah konsul jenderal Saudi. Desain dan spesifikasinya disesuaikan dengan permintaan.
Menurut pekerja tersebut, pihak konsul Saudi meminta agar tungku dapat bertahan dalam suhu di atas 1.000 derajat celcius. Suhu sepanas itu mampu melelehkan logam.
Otoritas Turki meyakini, potongan tubuh Khashoggi dibakar dalam tungku tersebut. "Pembakaran jenazah Khashoggi terjadi selama tiga hari," kata seorang pejabat Turki.
Otoritas Turki mengatakan setelah jasad Khashoggi hancur menjadi abu, tumpukan daging giling dibakar di tungku guna menghilangkan jejak. Kendati demikian, informasi yang dihimpun Aljazirah Arab belum dapat dipastikan validitasnya.
Dalam tayangannya, Aljazirah Arab juga menyingkap tentang panggilan telepon yang dilakukan Kepala Intelijen Turki Hakan Fidan. Dia adalah pejabat pertama yang menghubungi Saudi dan mempertanyakan keberadaan Khashoggi.
Fidan juga menghubungi Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Dia dilaporkan menuntut Pangeran MBS mengungkapkan apa yang terjadi terhadap Khashoggi.
Pangeran MBS tak terima diperlakukan demikian oleh Fidan. Setelah menolak menjawab, Pangeran MBS kemudian memutuskan sambungan telepon.
Dalam forum Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) di Jenewa, Swiss, akhir Februari lalu, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan negaranya siap bekerja sama dengan PBB dalam menangani isu-isu HAM. "Kami juga akan bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) terkait dengan HAM," katanya.
Para jurnalis yang menghadiri forum itu kemudian mempertanyakan apakah pernyataannya berarti mencerminkan keinginan Saudi untuk bekerja sama dalam penyelidikan Khashoggi yang dipimpin PBB. Namun al-Jubeir menolak menjawab.
Khashoggi, kolumnis the Washington Post, dibunuh di gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober tahun lalu. Namun hingga kini jasadnya tak kunjung ditemukan.
Otoritas Turki telah melakukan penelusuran ke beberapa tempat untuk menemukan tubuh Khashoggi. Salah satu yang didatangi adalah kediaman konsul jenderal Saudi.
Mereka memeriksa dan mengambil sampel dari sebuah sumur yang berada di halaman rumah konsul jenderal. Dari sampel tersebut otoritas Turki menemukan adanya zat asam florida yang masih melekat.
Ditemukannya asam florida memunculkan dugaan bahwa jasad Khashoggi telah dilarutkan. Namun, dugaan itu belum bisa diuji kebenarannya.
Karena tak kunjung ditemukan, upaya pencarian jasad Khashoggi akhirnya dihentikan otoritas Turki pada 10 November tahun lalu. Namun, investigasi terhadap kasus tersebut tetap berlanjut.
Penyelidikan internasional akhirnya dilakukan dengan melibatkan pelapor khusus PBB untuk eksekusi di luar hukum, Agnes Callamard. Setelah melakukan pengusutan di Turki, Callamard meyakini pembunuhan Khashoggi direncanakan dan melibatkan pejabat tinggi Saudi.
"Bukti yang dikumpulkan selama misi saya ke Turki memperlihatkan bahwa Khashoggi adalah korban pembunuhan terencana dan brutal, yang direncanakan serta dilakukan para pejabat Arab Saudi," ujar Callamard.
Hasil investigasi PBB memperkuat dugaan adanya keterlibatan pejabat tinggi Saudi dalam kasus tersebut. Hal itu pun telah diungkap CIA yang menyimpulkan Pangeran MBS sebagai otak atau dalang di balik pembunuhan Khashoggi.