Kamis 07 Mar 2019 01:05 WIB

KTT Hanoi Gagal, Korsel Rancang Pertemuan dengan Korut

Korsel pandang pertemuan Hanoi lebih positif dibandingkan KTT pertama di Singapura.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Indira Rezkisari
Duta Besar Korsel untuk Indonesia Kim Chang-beom saat bertemu media di Jakarta, Rabu (6/3).
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
Duta Besar Korsel untuk Indonesia Kim Chang-beom saat bertemu media di Jakarta, Rabu (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korea Selatan mengaku optimistis akan hasil KTT antara Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dengan Presiden AS Donald Trump, meskipun pertemuan tersebut tidak menghasilkan keputusan apapun. Menurut Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-beom, Presiden Korsel Moon Jae-in telah mengundang Kim Jong-un untuk membicarakan kesepakatan mengenai denuklirisasi di Semenanjung Korea, menyusul pertemuan antara AS dan Korut di Hanoi.

"Ada kemungkinan akan ada pertemuan antara kedua Korea. Tapi kami harus merancang apa-apa saja yang akan dibahas. Tanpa isu substantif, tidak mungkin mereka bertemu dalam waktu dekat," ujar Dubes Kim Chang-beom kepada media di Jakarta, Rabu (6/3).

Baca Juga

Dubes Kim menegaskan komitmen Korsel menjadi penghubung antara Korut dan AS dalam kesepakatan ini. Korsel akan berupaya menjembatani kedua negara dan berupaya memberikan solusi untuk mempersempit perbedaan antara kedua pihak.

"Kita perlu waktu untuk mendinginkan kepala kita, untuk memikirkan solusi kreatif untuk mempersempit perbedaan antara dua sisi," kata Dubes Kim.

Di sisi lain, Korsel memandang pertemuan di Hanoi lebih menunjukkan hal positif dibandingkan KTT pertama di Singapura. Pihak Korsel mengakui memiliki harapan yang besar atas pertemuan tanpa hasil kesepakatan tersebut.

"Kami menyadari dibutuhkan proses yang panjang untuk mencapai kesepakatan. Tapi kami melihat hasil yang baik pada KTT ini," ujar Kim.

Kim menjelaskan beberapa hasil positif yang dipandang oleh Korsel. Pertama, meskipun Trump dan Kim tidak menghasilkan kesepakatan apapun, mereka tidak menyalahkan satu sama lain. Kedua pemimpin memandang KTT tersebut sebagai pertemuan yang produktif, dengan berusaha membuka pintu kesepakatan.

Korsel juga melihat pertemuan kedua di Hanoi ini lebih transparan. Melalui KTT, mereka menyampaikan dengan sangat jelas apa posisi mereka dalam agenda sensitif ini. Selain itu, Korsel memandang positif upaya AS untuk menormalisasi hubungan kedua negara.

"Setidaknya pihak AS melalui pertemuan tersebut menghadirkan beberapa ide yang mungkin mengarah pada pembentukan kantor penghubung AS di Korea Utara. Mereka mungkin mengarah pada normalisasi hubungan antara dua pemerintah," jelas Kim.

Pertemuan puncak yang kedua antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dinilai gagal pada Kamis (28/2) mengenai masalah sanksi.  Kedua pihak memberikan laporan bertentangan mengenai apa yang terjadi.

Trump mengatakan, Kim meminta pencabutan sanksi secara keseluruhan. Namun Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho kemudian mengatakan, Korut hanya mengajukan sebagian pencabutan sanksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement