REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Setelah lima hari hidup tanpa listrik dan air, Lilibeth Tejedor harus berada di tempat yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia berada di sebuah pipa pembuangan limbah di Caracas.
Bersama lusinan warga lainnya Tejedor mengisi galon plastik dengan air di sungai Guaire. Tidak seperti air yang berada di sungai Guaire yang kotor, air yang mengalir dari pipa setidaknya bersih.
Warga yang berkumpul mengumpulkan air dari pipa itu mengatakan air tersebut berasal dari sebuah waduk yang dibuka pemerintah setempat. Walaupun begitu air ini mengalir melalui pipa yang tidak bersih karena itu hanya boleh digunakan untuk menyiram toilet dan membersihkan lantai.
"Saya tidak pernah melihat seperti ini sebelumnya, ini sangat buruk, sangat buruk," kata Tejedor, sambil membawa wadah plasik dari rumah di San Agustin, Selasa (12/3).
Tejedor yang bekerja di toko komputer memiliki putri berusia 2 tahun dan mengasuh dua keponakannya. "Yang paling terdampak adalah anak-anak, karena bagaimana caranya Anda beritahu mereka tidak ada air?" kata Tejedor.
Berkurangnya pasokan air menjadi dampak yang balik buruk dalam pemadaman listrik lima hari terakhir. Pemadaman yang menurut Presiden Nicolas Maduro disebabkan sabotase Amerika Serikat (AS). Tapi oposisinya mengatakan pemadaman ini terjadi karena ketidakmampuan dan korupsi pemerintahannya.
Pemadaman listrik memperburuk situasi Venezuela yang sudah mengalami hiperinflansi yang menghancurkan perekonomian mereka. Hal itu memicu gelombang imigrasi besar-besaran dan membuat kebutuhan dasar seperti tepung jagung dan tisu toilet tidak terjangkau bagi banyak orang.
Lima hari setelah listrik mati yang menyebabkan pompa air tidak berfungsi masyarakat Venezuela mulai yang berasal dari lingkungan kelas pekerja sampai apartemen mewah mengeluhkan banyak hal. Mereka mengeluh kini mereka harus jarang mandi, piring kotor mereka tak tercuci, dan toilet mereka menjadi bau.
Teknisi otoritas air Caracas Jose de Viana mengatakan untuk menjaga layanan tetap berjalan Caracas membutuhkan 20 ribu liter air per detik dari sungai terdekat. Ia mengatakan pada pekan lalu turun menjadi 13 ribu liter setelah pemadaman terjadi pada hari Kamis.
Banyak yang khawatir pemadaman ini juga mengakibatkan penyebaran penyakit. Hal itu karena kurangnya pasokan air ditambah ketidakmampuan membeli sabun yang disebabkan harga yang melambung tinggi dan ketersediaan barang yang menipis.
Pemimpin oposisi yang mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai presiden sementara Juan Guaido memimpin legislatif untuk menyatakan kondisi darurat nasional atas pemadaman ini. AS memberikan sanksi kepada Maduro yang membuat sektor perminyakan Venezuela terguncang.
Di depan tempat Tejedor mengumpulkan air ada ratusan warga marah yang memblokir jalan tol. Mereka meminta pemerintah setempat untuk mengirimkan 20 ribu liter air untuk memasok ke permukiman La Charneca.
"Mereka membunuh kami dengan kelaparan dan kehausan," kata Gladys Martinez, yang bergabung dalam pemblokiran jalan tersebut. Pemblokiran itu membuat kemacetan yang sangat padat. Polisi dan Garda Nasional berkumpul di lokasi kejadian.
Di sepanjang aliran sungai remaja dan anak-anak yang menemani orang tua mereka ikut membantu membawa air. Dua orang anak-anak mulai melompat-lompat di genangan air. Seorang perempuan memperingati mereka. "Itu air kotor, jangan bermain di situ karena ingat tidak ada obat," kata perempuan itu.
Di sebelah utara Caracas, ada banyak warga yang juga berusaha mengumpulkan air. Mereka berusaha mendapatkan air dari aliran sungai di Taman Nasional El Avila yang mengalir dari pegunungan.
Ketidakadaan air dan listrik telah menjadi masalah utama bagi rumah sakit di Venezuela. Rumah sakit-rumah sakit sudah bertahun-tahun tidak memiliki peralatan dan obat-obatan yang memadai.
Jose Velez seorang satpam yang juga datang ke Sungai Guaire untuk mengumpulkan air mengatakan pemadaman listrik membuat kesulitan hidup tak tertahankan lagi. Ia berharap politisi di negaranya segera sepakat untuk menemukan solusi atas situasi ini.
"Saya tidak tertarik dengan politisi, mereka tidak pernah sepakat dengan apa pun, saya ingin hidup saya kembali normal," kata Velez.