REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Krisis air di Venezuela semakin parah sehingga menghambat layanan dasar untuk masyarakat setempat. Hal itu terjadi setelah selama beberapa pekan pemadaman listrik yang melumpuhkan infrastruktur.
"Bayangkan skenario, rumah sakit (RS) tanpa air, tanpa listrik. Kami tetap tanpa suplai air. Meskipun listrik sudah pulih, air masih menjadi masalah," kata dokter anak Vietnam, Veras Rivas di Rumah Sakit Anak-anak Caracas, dilansir dari Aljazirah, Jumat (5/4).
Listrik telah mengalami pemulihan di banyak daerah, namun alirannya tidak diberikan dengan sepenuhnya. Tanpa listrik yang memadai, penduduk kesulitan untuk menghidupkan pompa sehingga tidak ada cukup banyak air.
"Pemadaman pertama terjadi pada 7 Maret, dan sampai sepekan yang lalu, saya bekerja di rumah sakit ini tanpa air," kata Rivas.
Selama pemadaman pertama, salah satu pasiennya yakni seorang bayi berusia 10 tahun di inkubator, berada dalam perawatan intensif. Rivas mengangkut anak tersebut dengan kondisi RS yang gelap, selain itu ia juga memasok oksigen secara manual.
Dokter menjelaskan, bayi tersebut memiliki masalah saat ia terlahir, lalu kondisi listrik yang padam semakin membuat rumit masalahnya. RS sudah mengalami kekurangan pasokan, peralatan, dan masalah air membuat mereka kesulitan untuk dapat mempertahankan sanitasi.
"Kami hanya akan mencuci tangan jika memungkinkan, kami berusaha untuk tidak minum banyak air untuk menghindari penyumbatan toilet," ucap Rivas.
Situasi itu membuat banyak warga Venezuela memiliki banyak keluhan tentang semakin jarangnya mandi, piring yang tidak dicuci, dan toilet yang bau. Kekurangan air memang bukanlah hal baru di Venezuela, tetapi tidak pernah terjadi hingga tingkat saat ini.
"Sejak 2014 kami mengalami masalah dengan pasokan air, tetapi sekarang jauh lebih buruk, terutama setelah pemadaman listrik, kami dapat menghabiskan 15 hari tanpa pasokan," ujar Yoana De Oliveira, 30 tahun.