REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, Ahad (14/4), Amerika Serikat akan memanfaatkan semua alat ekonomi dan politiknya guna memastikan Presiden Venezuela Nicolas Maduro bertanggungjawab atas krisis di negaranya. Ia menjelaskan kepada Kuba dan Rusia mereka akan menerima risikonya karena telah mendukung Maduro.
Komentar tersebut ia sampaikan di kota perbatasan Kolombia, Cucuta, pemberhentian terakhir dari tur tiga hari ke Cile, Paraguay dan Peru. AS berupaya mencengkam negara-negara berkembang di sebuah kawasan, tempat kekhawatiran AS berfokus pada krisis Venezuela dan kehadiran Cina yang semakin pesat.
Maduro menyalahkan sanksi AS atas masalah ekonomi yang mendera negaranya. Ia juga menolak pemimpin oposisi Juan Guaido, yang pada Januari lalu mengajukan diri menduduki kursi kepresidenan sementara, dengan alasan pemimpin sosialis yang terpilih kembali pada pemilu 2018 itu tidak sah. Maduro menyebut Guaido sebagai boneka AS.
Lebih dari tiga juta rakyat Venezuela melarikan diri dari hiperinflasi, krisis makanan, dan medis serta politik. "Amerika Serikat akan terus mengupayakan segala cara, baik melalui ekonomi maupun politik untuk membantu rakyat Venezuela," kata Pompeo usai mengunjungi migran di penampungan Cucuta serta meninjau jembatan perbatasan dan gudang penyimpanan bantuan makanann.
"Dengan menggunakan sanksi, pencabutan visa dan cara lainnya, kami berjanji akan meminta rezim dan pendukungnya bertangungjawab atas korupsi dan penindasan mereka terhadap demokrasi," ujarnya.
Culcuta menerima sebagian besar migran asal Venezuela yang tiba di Kolombia, banyak dari mereka yang datang dengan membawa barang seadanya. Meskipun mayoritas negara Barat temasuk AS, mengakui Guadio sebagai kepala negara sementara, namun Rusia, Cina dan Kuba berada di barisan pendukung Maduro.