Rabu 12 Jun 2019 13:00 WIB

Helen Sumardjo Wanita Australia yang Suka Memasak Makanan Indonesia

Red:
abc news
Foto: abc news
abc news

Helen Soemardjo yang lahir dan besar di Melbourne, Australia, tidak menyangka bahwa menyusul kunjungannya ke Eropa di tahun 1960, ia akan menjadi mahir dalam memasak makanan Indonesia.

Cinta masakan Indonesia

Perjumpaannya dengan Bambang, seorang pria Indonesia sewaktu di Inggris, menjadi awal perjumpaannya dengan kuliner Indonesia.

Wanita yang kini berusia 82 tahun tersebut akhirnya menikah dengan pria Jawa Tengah yang berumur 13 tahun lebih tua darinya, dan tinggal di Kebayoran, Jakarta bersama kelima ipar perempuannya yang aktif di dapur.

"Ketika sampai di Jakarta, saya mengetahui bahwa suami saya tinggal dengan saudara perempuannya dan punya tukang masak sendiri yang hanya bisa Bahasa Jawa," ungkap Helen.

"Tapi kami akhirnya bisa berkomunikasi. Dia memberitahu saya bahan-bahan memasak dan kira-kira seberapa banyak yang digunakan dalam satu piring."

Dengan kompor minyak tanah yang tidak pernah ia gunakan selama di Australia, Helen pada akhirnya memberanikan diri membuat sayur sop untuk keluarganya walaupun warna kuahnya menjadi kuning akibat sepotong kunyit.

Pengalaman tersebut namun membangun minat dan ketertarikan Helen pada makanan Indonesia meskipun harus berjuang keras di dapur selama bertahun-tahun.

Memasak makanan Indonesia lebih rumit

Helen melihat bahwa kultur menyajikan masakan Indonesia sangatlah berbeda dengan makanan Australia yang sederhana.

"Penyajian makanan Australia sangatlah sederhana kalau dibandingkan. Makanan Indonesia terbuat dari banyak elemen berbeda, bumbu dan rempah yang bisa ada sepuluh dalam satu piring."

Helen mengibaratkan memasak sebagai seni, yang dalam bentuk apapun juga membutuhkan banyak praktek.

"Memasak makanan Indonesia harus sering praktek. Sama halnya melakukan kesenian. Karena mendapatkan rasa makanan yang pas kadang bisa sulit. Tidak selalu bisa."

Makanan ciptakan waktu untuk keluarga

Helen menemukan nilai kekeluargaan dari pengalamannya menyajikan makanan Indonesia saat masih tinggal di Kebayoran puluhan tahun silam.

"Memasak makanan di Indonesia adalah sesuatu yang dibagi bersama orang lain," ungkap ibu dari tiga orang anak ini.

"Walau dapur kami kecil, biasanya ibu-ibu akan menyuruh anak-anak untuk membantu paling tidak potong-potong sayur."

Menurutnya, menyajikan makanan Indonesia menciptakan waktu berkumpul keluarga khususnya ketika duduk makan bersama.

Hingga kini, Helen giat memasak makanan Indonesia selama tiga hingga empat kali seminggu. Minat ini ternyata menular kepada kedua cucunya.

"Cucu saya sering datang ke rumah untuk kami masak-masak bersama. Mereka sering jalan-jalan ke luar negeri seperti Malaysia, Vietnam, Thailand dan lain-lain sehingga tahu banyak tentang masakan Asia."

Ia pun sering memasak untuk rombongan seniman Indonesia yang bekerjasama dengan anaknya, Ria Soemardjo, seorang sinden di Melbourne yang suka mengunjungi Indonesia untuk tampil.

"Sejak pindah rumah ke Thornbury, Ria sering memperkenalkan saya pada orang-orang Australia yang sering ke Indonesia," kata Helen.

"Saya suka memasak untuk mereka karena mereka tahu persis bagaimana rasa makanan Indonesia. Aktivitas ini cukup menantang untuk saya."

Sampai di usia 82 tahun, dalam berbagai kesempatan Helen masih membagikan pengetahuannya mengenai masakan Indonesia kepada warga Australia maupun warga Indonesia di Melbourne.

Baru-baru ini Helen berbagi resep membuat nastar dan wajik di rumahnya kepada anggota Museum of Indonesian Arts (MIA) di kawasan Thornbury Melbourne.

Suami tidak mau lagi ke Indonesia

Hubungan Helen dengan Indonesia tidak pernah putus bahkan setelah ia meninggalkan negara tersebut untuk kembali ke tanah kelahiran di tahun 1968.

"Dulu saya masih sering bolak balik dua atau tiga kali untuk mengurus kerjaan." kata Helen yang pernah lama bekerja sebagai staf di perpustakaan Universitas Monash.

Di tengah keaktifannya mengunjungi Indonesia, ia menyayangkan sang suami yang menolak untuk mengunjungi negaranya sendiri sewaktu masih hidup.

"Kondisi politik waktu tahun 1968 menyebabkan dia tidak mau pulang," kata Helen kepada Natasya Salim dari ABC News.

"Karena kontribusinya bagi negara yaitu penyediaan dokter dan klinik untuk buruh yang sudah ia kerjakan dengan susah payah tidak dihargai sama sekali."

Setelah bertemu dengan suaminya Bambang Soemardjo di Inggris di tahun 1960-an, mereka menikah di Indonesia sebelum pindah ke Australia di tahun 1968.

Sejak kepindahan ke Melbourne, Banbang sama sekali tidak pernah lagi pulang ke Indonesia sampai meninggal di tahun 2013.

Simak berita-berita ABC Indonesia lainnya di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement