Ahad 07 Jul 2019 14:19 WIB

Macron Sebut Konsekuensi Besar Jika Iran Langgar Nuklir 2015

Konsekuensi besar tersebut akan merugikan Iran.

Presiden Prancis Emmanuel Macron memberi pernyataan di kantornya di Elysee Palace setelah kebakaran besar melanda Katedral Notre-Dame, Selasa (16/4).
Foto: Yoan Valat, Pool via AP
Presiden Prancis Emmanuel Macron memberi pernyataan di kantornya di Elysee Palace setelah kebakaran besar melanda Katedral Notre-Dame, Selasa (16/4).

REPUBLIKA.CO.ID,  PARIS— Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Sabtu (6/7) mengatakan kepada timpalannya dari Iran bahwa dia sangat prihatin mengenai bertambah lemahnya kesepakatan nuklir 2015 dan memperingatkan konsekuensi yang tak terelakkan dari tindakan semacam itu.

Macron berbicara dengan Presiden Iran Hassan Rouhani sehari sebelum Iran dijadwalkan meningkatkan kemurnian pengayaan uranium di atas batas yang ditetapkan kesepakatan Iran dengan negara besar.

Baca Juga

"Presiden mengingatkan keprihatinannya yang mendalam mengenai risiko akibat makin lemahnya kesepakatan nuklir 2015, dan konsekuensi tak perlu yang akan mengikutinya," kata satu pernyataan yang dikeluarkan presiden Prancis tersebut, sebagaimana dikutip Reuters, Ahad (7/7).

Tidak jelas konsekuensi apa yang sesungguhnya dirujuk pernyataan tersebut. Para pejabat di kantor Macron tidak menanggapi permintaan penjelasan.

Para diplomat Eropa telah mengatakan pelanggaran lebih lanjut terhadap kesepakatan itu dapat membuat semua pihak Eropa dalam kesepakatan tersebut (Prancis, Jerman, dan Inggris) memicu sengketa mekanisme penyelesaian mengenai kesepakatan tersebut, yang akhirnya bisa mengarah kepada penerapan lagi sanksi PBB.

Pengumuman yang disampaikan Iran dikeluarkan pada saat peningkatan tajam bentrokan AS-Iran, setahun setelah Washington keluar dari kesepakatan itu dan memberlakukan lagi sanksi yang telah dicabut berdasarkan kesepakatan tersebut sebagai imbalan bagi pengekangan Teheran atas program nuklirnya.

Iran telah menuntut Eropa berbuat lebih banyak untuk menyelamatkan kesepakatan tersebut dengan menjamin Iran memperoleh manfaat ekonomi, terutama penghasilan minyak yang sangat diperlukannya, yang telah secara khusus dijadikan sasaran oleh Amerika Serikat.

Macron, yang sangat ingin membiarkan pintu terbuka bagi dialog, mengatakan meskipun ada tenggat 7 Juli, dia telah sepakat dengan Rouhani untuk mencari antara saat ini dan 15 Juli kondisi yang memungkinkan dilanjutkannya dialog antara semua pihak.

Pernyataan tersebut tidak menjelaskan mengapa 15 Juli atau memberi penjelasan lebih jauh. Pernyataan dari pihak Rouhani tampaknya tidak menyatakan Iran bersedia bagi dialog semacam itu kecuali semua sanksi yang dijatuhkan atas Iran dicabut.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement