REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengimbau seluruh kapal asal negaranya agar tak melintasi seluruh perairan Iran dan Selat Hormuz. Hal itu menyusul ketegangan akibat adanya aksi penahanan terhadap kapal tanker Inggris oleh Garda Revolusi Iran pekan lalu.
Hal itu diumumkan Hunt saat berbicara di House of Commons pada Senin (22/7). Dia mengatakan langkah itu diambil dengan berat hati.
Hunt meminta semua kapal berbendera Inggris agar memberi pemberitahuan jika ingin melewati Selat Hormuz. Dengan demikian, perlindungan terbaik dapat ditawarkan.
Dilaporkan laman Jerusalem Post, menurut Hunt, saat ini Inggris sedang melakukan upaya diplomatik agar kapal-kapal Inggris dapat dengan aman melintasi perairan Iran dan Selat Hormuz. Dia pun menegaskan bahwa Inggris tak mencari konfrontasi militer dengan Teheran.
Kendati demikian, Inggris berniat membentuk misi perlindungan maritim yang dipimpin Eropa guna mendukung perjalanan yang aman bagi awak dan kargo di kawasan tersebut. Diskusi akan diadakan akhir pekan ini mengenai cara terbaik untuk melengkapi rencana itu.
Hunt mengungkapkan misi yang dipimpin Eropa nantinya difokuskan pada kebebasan navigasi. Mereka tidak akan menjadi bagian dari kebijakan tekanan maksimum yang dilakukan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. Sebab Inggris masih berkomitmen untuk mempertahankan kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Pekan lalu, Garda Revolusi Iran menangkap dan menahan kapal tanker Inggris, Stena Impero, saat melintasi Selat Hormuz. Teheran mengklaim tindakan itu dilakukan untuk menegakkan hukum internasional.
Iran menyangkal tudingan bahwa Stena Impero ditahan sebagai aksi balasan karena Inggris telah menangkap kapal tankernya pada awal Juli lalu. “Kapal Inggris telah menolak sinyalnya selama lebih dari yang diizinkan (dan) melewati kanal yang salah, membahayakan keselamatan dan keamanan pengiriman serta navigasi di Selat Hormuz, yang menjadi tanggung jawab kami,” kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.
Dia berharap Inggris dapat memahami hal tersebut. “Penting bagi semua orang menyadari, penting bagi Boris Johnson memahami, bahwa Iran tidak mencari konfrontasi militer,” kata Zarif. Johnson merupakan kandidat yang digadang-gadang akan menggantikan posisi Theresa May sebagai perdana menteri Inggris.
Pada 4 Juli lalu, Marinir Kerajaan Inggris diketahui menangkap dan menahan kapal tanker Iran, Grace 1, di Selat Gibraltar. Grace 1 diduga hendak mengirim pasokan minyak ke Suriah yang tengah berada di bawah sanksi Uni Eropa.
Awalnya Grace 1 akan dibebaskan dua pekan setelah penangkapan. Namun Mahkamah Agung Gibraltar telah memperpanjang masa penahanannya hingga satu bulan ke depan.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan akan merespons tindakan Inggris yang telah menahan Grace 1. Dia menilai hal itu sebagai sebuah pembajakan.