Senin 15 Jul 2019 11:59 WIB

Oposisi Lanjutkan Dialog dengan Pemerintah Venezuela

Oposisi menilai Maduro menggunakan pembicaraan sebagai taktik mengulur waktu.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido berbicara kepada pendukungnya saat unjuk rasa memperingati Hari Kemerdekaan Venezuela di Caracas, Venezuela, Jumat (5/7).
Foto: AP Photos/Leonardo Fernandez
Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido berbicara kepada pendukungnya saat unjuk rasa memperingati Hari Kemerdekaan Venezuela di Caracas, Venezuela, Jumat (5/7).

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Oposisi Venezuela mengatakan akan kembali ke Barbados untuk melanjutkan pembicaraan dengan pemerintah Presiden Nicolas Maduro, Ahad (14/7). Ini dilakukan sebagai bagian dari upaya menyelesaikan krisis politik negara Amerika Selatan itu.

Kedua pihak bertemu di pulau Karibia pekan lalu sebagai bagian dari perundingan yang dimediasi oleh Norwegia. Akan tetapi kembali pada Kamis untuk konsultasi tanpa mengumumkan kesepakatan.

Baca Juga

Tim komunikasi untuk pemimpin oposisi Juan Guaido, yang diakui oleh lebih dari 50 negara sebagai pemimpin sah Venezuela, mengatakan di Twitter delegasi itu kembali untuk mencapai perubahan yang dapat mengakhiri penderitaan rakyat Venezuela. Pembicaraan akan dilanjutkan hanya beberapa hari setelah dua anggota keamanan Guaido ditahan. Ini karena diduga berusaha menjual senapan yang diambil dari Garda Nasional sebagai bagian dari pemberontakan 30 April yang gagal terhadap Maduro.

Guaido mengatakan penangkapan itu adalah bagian dari upaya intimidasi berdasarkan bukti palsu. Menteri Informasi Jorge Rodriguez mengatakan pada Sabtu ia akan memberikan bukti terkait dengan kasus tersebut pada putaran pembicaraan berikutnya.

Aktivis oposisi telah mewaspadai dialog selama bertahun-tahun. Mereka bersikeras Maduro telah menggunakannya sebagai taktik mengulur-ulur waktu lalu.

Guaido mengatakan oposisi tidak akan membiarkan putaran perundingan ini berakhir seperti yang terjadi di Republik Dominika yang berakhir dengan gagal pada 2018. Venezuela menderita krisis ekonomi hiperinflasi yang mengakibatkan malnutrisi, penyakit, dan mendorong migrasi keluar dari empat juta warga.

Pada Januari, Guaido meminta konstitusi untuk menjadi presiden sementara setelah menyatakan pemilihan kembali 2018 Maduro sebagai penipuan. Maduro menyebutnya sebagai boneka Amerika dan menyalahkan masalah ekonomi pada sanksi AS yang dimaksudkan untuk memaksanya keluar dari jabatan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement