Kamis 25 Jul 2019 14:22 WIB

Uji Coba Rudal Korut untuk Kirim Pesan ke AS

Korut menguji coba rudal perdana setelah rangkaian negosiasi denuklirisasi dengan AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL-- Mantan utusan Korea Selatan untuk negosiasi nuklir Kim Hong-kyun mengatakan Korea Utara (Korut) berusaha mengirimkan pesan lewat uji coba misil baru-baru ini. Menurutnya, Korut ingin Amerika Serikat lebih fleksibel dalam negosiasi denuklirisasi Semenanjung Korea. 

"Dengan menembakkan misil, mempermasalahkan latihan gabungan dan memperlihatkan kapal selam baru, Korut mengirim satu pesan yang jelas; mungkin perundingan level menengah tidak akan terjadi jika Amerika Serikat tidak menunjukan sikap yang lebih fleksibel," kata Kim Hong-kyun, Kamis (25/7).  

Baca Juga

Mantan perwira Angkatan Laut Korsel yang kini mengajar di Kyungnam University Kim Dong-yup mengatakan senjata yang ditembakkan Korut pada Kamis (25/7) pagi waktu setempat sama dengan senjata yang digunakan dalam ujicoba pada bulan Mei lalu. Senjata yang menurutnya tidak semenantang misil jarak jauh 'tapi cukup utuk memberikan tekanan subtil' kepada AS. 

"Korea Utara jelas marah dengan AS dan Korea Selatan yang melakukan latihan militer gabungan, kami harusnya tidak terkejut dengan langkah ini dan faktnya kami harusnya tahu ini akan terjadi," kata Kim Dong-yup.  

Pada Ahad (21/7) lalu, pejabat pemerintah Korea Korsel mengatakan sesuai dengan rencana yang telah dijadwalkan sebelumnya latihan gabungan Amerika Serikat-Korsel akan digelar bulan depan. Menteri Rencana Perdamaian Korsel Choi Jung-kun membantah tuduhan Korea Utara yang menyatakan latihan tersebut melanggar kesepakatan antara AS dan Korut. Sebab, menurut Choi latihan tersebut hanya untuk memperkuat aliansi antar kedua negara. Sementara Pyongyang melihat latihan gabungan itu melanggar kesepakatan yang dibuat Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un.

"Sifat dari latihan ini tidak ofensif, dan untuk memperkuat persekutuan," kata Choi di forum strategis tahunan Aspen Institute. 

Choi mengatakan latihan gabungan tersebut sebagian besar dilakukan dengan simulasi komputer bukan pasukan di lapangan. Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan dalam pertemuannya dengan Kim bulan lalu Trump menegaskan kembali akan menghentikan latihan bersama dengan Korsel. 

Juru bicara Pyongyang tersebut mengatakan keputusan AS untuk melanjutkan latihan gabungan 'jelas merupakan pelanggaran' kesepakatan di Singapura tahun lalu. Juru bicara itu mengatakan simulasi perang itu membahayakan negosiasi nuklir AS-Korut. 

Saat itu Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan pola Washington dalam 'melanggar komitmen mereka secara sepihak' membuat Pyongyang unggul dengan komitmen mereka menghentikan ujicoba misil dan rudal nuklir. Tapi, akhirnya mereka juga melanggar kesepakatan itu juga pada hari Kamis ini. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement