Kamis 01 Aug 2019 11:04 WIB

Jerman Tolak Gabung Misi Militer di Selat Hormuz

Misi militer pengamanan Selat Hormuz dinilai akan meningkatkan konflik kawasan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Selat Hormuz
Selat Hormuz

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman telah menolak seruan Amerika Serikat (AS) untuk bergabung dengan misi internasional dalam melindungi lalu lintas maritim di Selat Hormuz, Rabu (31/7).

Amerika Serikat telah meminta Jerman bergabung dengan Prancis dan Inggris dalam sebuah misi untuk mengamankan pengiriman melalui Selat Hormuz. Jalur tersebut dilalui kapal tanker internasional mengangkut setidaknya seperlima dari pasokan minyak mentah dunia.

Baca Juga

"Jerman tidak akan mengambil bagian dalam misi laut yang dipresentasikan dan direncanakan oleh Amerika Serikat," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas pada Rabu, dilansir Voice of America, Kamis (1/8).

Maas mengatakan, situasi di wilayah itu begitu serius. Namun, dia menyebutkan, tidak ada solusi militer di sana.

Sementara itu, Menteri Keuangan dan Wakil Kanselir Jerman Olaf Scholz mengungkapkan, penting untuk menghindari eskalasi militer di kawasan Teluk Persia. Dia menilai misi yang dipimpin AS akan membawa risiko ke dalam konflik yang bahkan jauh lebih besar.

Adapun ketegangan meningkat di Timur Tengah dalam beberapa pekan terakhir. AS dan Iran mengumumkan bahwa mereka telah menembak jatuh pesawat tak berawak satu sama lain di dekat selat.

Selain itu, Inggris telah menyita sebuah tanker Iran di dekat Gibraltar yang diyakini London mengirim minyak ke Suriah. Pengawal Revolusi Iran merespons dengan mengambil alih kapal tanker minyak berbendera Inggris Stena Impero di selat itu. Pekan lalu, Inggris menyerukan inisiatif angkatan laut yang dipimpin Eropa, tetapi Washington bersikeras memimpin misi.

Para pemimpin Eropa enggan mendukung misi yang dipimpin AS. Menurut mereka, hal itu dapat makin meningkatkan ketegangan di kawasan.

Teheran dan Washington telah berselisih semenjak Presiden AS Donald Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir internasional Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dengan Iran. Kemudian, AS juga menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement