Rabu 07 Aug 2019 02:02 WIB

Uji Coba Rudal Korut Semakin Intens

Korut menembakkan rudal keempat kalinya dalam waktu kurang dari dua pekan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) melakukan uji coba penembakkan rudal untuk keempat kalinya dalam kurun waktu kurang dari dua pekan, sejak penembakan rudal sebelumnya. Penembakan rudal tersebut semakin memberikan tekanan kepada Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS).

Kepala staf gabungan Koresel (JCS) menyatakan, dua rudal balistik jarak dekat ditembakkan dari wilayah Kwail di pantai barat Korut, atau sekitar 125 kilometer barat daya Pyongyang, di provinsi Hwanghae Selatan pada Selasa (6/8). Rudal tersebut terbang sejauh 450 kilomeer dan mencapai ketinggian 37 kilometer. 

Baca Juga

Badan intelijen AS dan Korsel menilai, rudal tersebut memiliki karakteristik yang mirip dengan rudal balistik yang diluncurkan Korut pada 25 Juli. Seorang pakar militer di Universitas Kyungnam Korsel, Kim Dong-yub mengatakan, area peluncuran rudal yang keempat tersebut sangat penting karena dengan jangkauannya dapat mencapai seluruh wilayah Korsel. 

"Menjadi sulit untuk mendeteksi asal peluncuran sebelumnya karena ia mampu meluncurkan rudal dari sebagian besar wilayah di Korut, yang menargetkan semua Korsel," ujar Kim. 

Penembakan rudal tersebut menggambarkan peringatan serius Korut kepada Korsel terkait rencana untuk melanjutkan latihan militer gabungan dengan AS. Korut menilai latihan militer tersebut telah melanggar perjanjian yang dibuat oleh Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un.

Korut menyatakan, pihaknya berkomitmen untuk melakukan diplomasi dan menunggu hingga akhir tahun hingga AS memberikan keringanan saknsi dan tekanan politik atas senjata nuklir serta program rudal balistik Pyongyang. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan, jika Washington dan Seoul mengabaikan peringatan berulang tersebut maka Korut akan membuat perhitungan. 

"Kami akan membuat mereka membayar harga yang mahal," ujar juru bicara tersebut yang dirilis oleh kantor berita KCNA. 

Juru bicara itu mengatakan, Pyongyang akan mencari jalan keluar baru jika Korsel dan AS terus melanjutkan latihan militer gabungan tersebut. Sejumlah kegiatan bersama antara AS dan Korsel telah mengancam keberlangsungan dialog mengenai denuklirisasi. Diantaranya, kedatangan pesawat tempur siluman F-35A buatan AS di Korsel, kunjungan kapal selam bertenaga nuklir AS ke pelabuhan Korsel, dan uji coba rudal balistik AS merpakan salah satu langkah yang memaksa Korut untuk melanjutkan pengembangan senjata sendiri.

"Pemerintah AS dan Korea Selatan secara lahiriah terus berbicara tentang dialog. Tapi ketika mereka duduk, mereka menajamkan pedang untuk melukai kita," ujar juru bicara yang tidak disebutkan namanya itu. 

Juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel Choi Hyun-soo mengatakan, peluncuran rudal oleh Korut bertentangan dengan semangat kesepakatan milier yang dicapai pada tahun lalu untuk mengurangi ancaman konvensional. Kantor Kepresidenan Korsel yang diwakili oleh Kepala Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong mengadakan pertemuan darurat dengan menteri pertahanan dan badan intelijen terkait peluncuran rudal Korut. 

Presiden Trump mengesampingkan uji coba tersebut dengan mengatakan bahwa mereka tidak melanggar perjanjian dengan Kim, dan pembicaraan belum dilanjutkan. Sebuah laporan yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, Pyongyang terus meningkatkan program nuklir da menggunakan serangan siber. Seorang mantan pejabat Pentagon Van Jackson mengatakan, uji coba rudal tersebut mewakili kemajuan militer dan memperkuat daya tawar Korut dengan AS. 

"Kim percaya dia tidak perlu berkompromi untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, tidak perlu melakukan negosiasi serius di tingkat kerja karena dia memiliki jalan lain untuk Trump, dan tidak perlu menahan salah satu pengujian misilnya atau tindakan di luar negeri selama dia tidak menguji coba rudal balistik antarbenua," kata Jackson.

Seorang analis senior dari Studi Kebijakan Institut Asan Seoul, Shin Beomchul mengatakan, Korut sedang berusaha memperkuat posisi tawar dengan Washington. Sejauh ini, Washington menolak tuntutan Pyongyang untuk memberikan pengurangan sanksi sebagai imbalan atas langkah kecil untuk menyerahkan sebagian kemampuan nuklirnya. Shin berpendapat, uji coba rudal tersebut juga memberikan tekanan kepada Seoul untuk melakukan konsesi besar terhadap Washington atas nama Pyongyang.

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement