Jumat 30 Aug 2019 04:19 WIB

Cina Merotasi Pasukan Jelang Pawai Demonstran di Hong Kong

Media Cina menyebut rotasi pasukan hanya kegiatan rutin yang biasa dilakukan

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bentrokan terjadi antara polisi dan demonstran dalam aksi protes di Hong Kong, Sabtu (24/8). Lebih dari 1.000 orang berkumpul di kawasan industri Kwun Tong, Hong Kong untuk menggelar aksi protes lanjutan.
Foto: AP Photo/Vincent Yu
Bentrokan terjadi antara polisi dan demonstran dalam aksi protes di Hong Kong, Sabtu (24/8). Lebih dari 1.000 orang berkumpul di kawasan industri Kwun Tong, Hong Kong untuk menggelar aksi protes lanjutan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cina merotasi ribuan tentara pembebasan rakyat Cina atau PLA di garnisun yang berada di Hong Kong pada hari Kamis (29/8). Itu dilakukan sebelum para demonstran berencana mengadakan pawai.

Media pemerintah Cina menyebutkan, militer Cina akan berkontribusi lebih besar untuk menjaga stabilitas Hong Kong. Di sana juga dikatakan, perotasian pasukan yang dilakukan tersebut sebagai kegiatan rutin yang mereka lakukan.

"Para pengunjuk rasa di Hong Kong harus menghormati hukum dan garnisun militer di sana memiliki tekad untuk mempertahankan wilayah itu," ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan Ren Guoqiang dalam jumpa pers, Kamis (29/8). 

"Sebelum datang, kami belajar tentang situasi Hong Kong. Kami telah memperkuat pelatihan kami untuk memastikan kami dapat memenuhi tugas pertahanan kami," kata petugas PLA, Letnan Kolonel Yang Zheng.

Terlepas dari apa yang mereka sebut rutin itu, kemungkinan besar hal itu dilakukan untuk menangani ketegangan yang terjadi Daerah Administratif Khusus Hong Kong. Daerah tersebut merupakan daerah yang kontrolnya kembali ke Cina pada tahun 1997 di bawah perjanjian "satu negara, dua sistem".

Dalam beberapa pekan terakhir, alarm dinyalakan di Hong Kong setelah massa pasukan Cina terungkap melintasi perbatasan di kota daratan Shenzhen. Cina telah memperingatkan, negara itu tidak akan berdiam diri ketika kerusuhan berlanjut di kota semiotonom.

Protes massa direncanakan

Rotasi tersebut dilakukan kurang dari 24 jam setelah kepolisian menolak izin massa untuk mengadakan rapat umum baru. Rapat itu direncanakan dilakukan pada Sabtu dan diperkirakan akan menarik ratusan ribu orang ke jalan.

Sebelumnya, kepolisian juga telah menolak izin untuk unjuk rasa berlangsung. Tetapi, sebagian besar perintah tersebut diabaikan.

Front Hak Asasi Manusia Sipil, penyelenggara demonstrasi sebelumnya, merencanakan untuk berkumpul dari pusat bisnis Hong Kong ke Kantor Penghubung utama perwakilan Beijing di kota itu pada Sabtu lalu.

Dilaporkan Aljazeera, pemimpin kelompok itu, Jimmy Sham, diserang oleh dua pria bersenjatakan pisau dan pemukul baseball pada hari Kamis (29/8). Jimmy tidak mengalami luka akibat kejadian tersebut, tetapi temannya yang mencoba melindunginya menderita luka di lengan kirinya dan dibawa ke rumah sakit.

Dalam sepucuk surat kepada penyelenggara aksi itu polisi mengatakan mereka khawatir beberapa peserta akan melakukan tindakan kekerasan dan destruktif. Dalam surat itu juga disebutkan, sejauh ini para pengunjuk rasa telah melakukan pembakaran dan blokade jalan skala besar.

"Menggunakan bom bensin, bola baja, batu bata, tombak panjang, tiang logam, serta berbagai senjata buatan sendiri untuk menghancurkan milik umum," kata surat itu.

Polisi pada pekan lalu mengerahkan meriam air untuk pertama kalinya. Seorang petugas juga menembakkan tembakan peringatan langsung dari lengannya untuk menangkis para pengunjuk rasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement