Sabtu 16 Nov 2019 12:52 WIB

Pengunjuk Rasa Hong Kong Menguasai Kampus-Kampus

Para pengunjuk rasa mengambil alih kampus-kampus besar di Hong Kong.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Reuters/T. Peter
Reuters/T. Peter

Para pengunjuk rasa diketahui telah mengambil alih kampus-kampus universitas besar Hong Kong dan telah memblokir akses jalan menuju kampus-kampus tersebut. Kepolisian pun terus berupaya meredam jalannya aksi unjuk rasa dengan menambakkan gas air mata.

Pada hari Jumat (15/11) waktu setempat, pihak kepolisian Hong Kong menyampaikan bahwa tewasnya seorang petugas kebersihan jalan yang berusia 70 tahun dianggap sebagai tindak pembunuhan. Para pengunjuk rasa yang terkonsentrasi di kampus-kampus, melempari polisi dengan bebatuan serta menambakkan panah kepada petugas pemerintahan Hong Kong di jalanan.

Pria tersebut meninggal di rumah sakit akibat alami luka di kepala karena terkena lemparan sebuah batu bata oleh seorang pengunjuk rasa yang menggunakan topeng. Polisi menyebut insiden tersebut sebagai "tindak kejahatan pengunjuk rasa."

Komisi Kongres-Eksekutif Amerika Serikat untuk Cina, mengatakan bahwa situasi yang terjadi di Hong Kong saat ini "sangatlah memprihatinkan."

Para pengunjuk rasa mengaku akan segera kembali membuka akses masuk menuju ke kampus-kampus universitas. Namun, melihat dari tingkat kerusakan yang ada, pemerintah Hong Kong akan tetap menutup akses masuk tersebut.

"Karena jalan-jalan masih dipenuhi puing-puing sisa unjuk rasa, lalu rusaknya petunjuk lalu lintas, maka membuka kembali akses (jalan) berisiko membahayakan pengguna jalan," demikian pernyataan tertulis pemerintah Hong Kong.

Baca juga: 'Terlambat' bagi Pemerintah Hong Kong untuk Raih Kepercayaan Masyarakat

Menteri Kehakiman Hong Kong diserang

Pada hari Kamis (15/11) di London, Menteri Kehakiman Hong Kong, Teresa Cheng, diserang pengunjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong. Akibat penyerangan ini, Cheng menderita luka-luka yang cukup serius. Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, mengecam keras penyerangan tersebut dan menyebutnya sebagai "serangan biadab." Pemerintah Cina telah mendesak pihak berwenang Inggris untuk menangkap pelaku penyerangan. Insiden itu menjadi kali pertama serangan langsung yang menargetkan seorang pejabat pemerintah Hong Kong dalam rangkaian unjuk rasa selama lebih kurang enam bulan terakhir ini.

Protes pada hari Jumat ini (15/11) juga menyebabkan kemacetan parah di jalan-jalan protokol Hong Kong serta di Terowongan Cross-Harbour. Perjalanan kereta di sejumlah wilayah di Hong Kong terpaksa ditunda. Polisi pun mengimbau warga untuk tetap berada di dalam rumah, dan bepergian jika hanya merasa diperlukan.

Unjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong berawal ketika massa menuntut pemerintah untuk membatalkan RUU Ekstradisi Cina yang kini sudah dicabut. Namun, kini pengunjuk rasa menuntut hal yang lebih besar yakni adanya transparansi demokrasi di Hong Kong.

Seperti yang diberitakan, pemilu Hong Kong rencananya akan diselenggarakan pada 24 november 2019 mendatang.

rap/ts (AP, dpa, AFP, rtr)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement