Sabtu 30 Nov 2019 02:20 WIB

Polisi Hong Kong Temukan 3.989 Bom Bensin di Kampus

Polisi Hong Kong mengklaim ada 3.989 bom bensin yang disita dari kampus.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Reiny Dwinanda
Mahasiswa beristirahat di area kampus Polytechnic University, Hong Kong. Polisi mengklaim menemukan 3.989 bom bensin di kampus tersebut.
Foto: Thomas Peter/AP Photo
Mahasiswa beristirahat di area kampus Polytechnic University, Hong Kong. Polisi mengklaim menemukan 3.989 bom bensin di kampus tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Polisi Hong Kong mengklaim temuan hampir 4.000 bom bensin dari kampus setempat dalam dua hari penyisiran. Temuan ini didapat bersamaan dengan pembersihan yang dilakukan di gedung Polytechnic University.

Kampus ini menjadi lokasi bentrokan antara pendemo dengan polisi. Para pengunjuk rasa telah meninggalkan gedung kampus pada Kamis (28/11).

Baca Juga

Di kampus tersebut, polisi menyebut ada 3.989 bom bensin, 1.339 unit peledak, 601 botol cairan korosif, dan 573 senjata yang ditemukan. Saat ini, kampus telah diserahkan kembali ke manajemen Polytechnic University.

Para pengunjuk rasa selama dua pekan terakhir memblokade diri mereka di dalam kampus. Pihak berwenang pun merespons dengan menyegel lapangan universitas dan menyebabkan 1.000 pengunjuk rasa terjebak di dalamnya.

Para aktivis ini diketahui memiliki senjata, seperti batu bara, bom bensin, bahkan busur dan anak panah yang digunakan untuk menyerang polisi selama pengepungan. Selama sepekan terakhir sebagian pemrotes ada yang menyerah atau melarikan diri.

Pada Jumat (29/11), polisi mengeluarkan data terbaru yang menyebutkan bahwa ada 1.377 orang tertangkap saat protes di kampus dan 810 di antaranya ditangkap saat meninggalkan kampus. Sebanyak 318 pemrotes diketahui berusia di bawah usia 18 tahun.

Salah seorang pemrotes, Elvis, seperti dilansir BBC, menghabiskan lima hari terjebak di kampus Polytechnic University. Semua kursi dan meja digunakan untuk membuat barikade dan para pendemo tidur di atas lantai.

"Banyak orang tertangkap. Kami berusaha melarikan diri tiga kali, tapi gagal karena polisi terus menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah kami. Aku berpikir mereka tidak ingin kami kabur. Itu adalah mimpi buruk dan ada darah di mana-mana," ujarnya dilansir BBC, Jumat (29/11).

Para pengunjuk rasa disebut memasak sendiri dengan persediaan yang diberikan awak jurnalis atau tim medis. Sebagian besar makanan disebut terasa seperti gas air mata.

"Itu sebabnya kami harus minum air botolan. Pada hari keempat tidak ada lagi air minum baru yang tersisa, jadi kami minum dari sisa-sisa air yang ada di botol," ujarnya.

Elvis menyebut, beberapa pengunjuk rasa berhasil melarikan diri dengan menuruni tali dari jembatan. Namun, ia menilai tindakan itu terlalu berbahaya dan dia tidak ingin meninggalkan yang lain di belakang. Dia melukai kakinya dalam salah satu usahanya melarikan diri.

Beberapa temannya melarikan diri melalui terowongan bawah tanah yang baunya sangat buruk. Elvis akhirnya dibawa keluar dari universitas dengan ditandu pada hari kelima. Setelahnya ia dimintai informasi pribadinya serta diambil fotonya lau dipindahkan ke rumah sakit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement