REPUBLIKA.CO.ID, LEIPZIG -- Peneliti Belanda Jos Wetzels mengatakan badan intelijen Amerika Serikat (AS) yakni CIA memiliki perangkat teknologi yang dapat membatasi penggunaan rudal anti-pesawat, ketika senjata itu tidak lagi dimiliki atau berada di wilayah AS.
Para pakar mengatakan teknologi tersebut dapat membuat AS yakin untuk lebih sering menyebarkan senjata tersebut ke sekutu. Teknologi itu digunakan terhadap peluncur rudal baru yang dikenal dengan Man-Portable Air-Defense Systems (MANPADS).
Wetzels mengungkapkan hal itu dalam konferensi keamanan siber di Leipzig, Jerman. Wetzels mengatakan sistem tersebut tercantum dalam dokumen CIA yang dipublikasikan Wikileaks pada tahun 2017 lalu.
Namun file-file dokumen itu diberi label yang salah dan hanya sedikit menarik perhatian publik. Wetzels mengatakan CIA memiliki 'solusi pintar dalam mengendalikan senjata'.
"(Teknologi itu akan membatasi penggunaan rudal) untuk waktu dan tempat tertentu," kata Wetzels, Selasa (31/12).
Wetzels mengatakan teknik memblokir penggunaan senjata di luar wilayah geografis tertentu disebut sebagai 'geofencing', senjata yang dapat dinonaktifkan ketika meninggalkan medan perang menjadi fitur yang menarik.
Pasokan rudal bahu yang kerap diberikan kepada sekutu AS itu sangat membantu untuk memenangkan perang. Tapi senjata itu kerap hilang, dijual atau diambil kelompok ektremis.
Contohnya seperti Stringer MANPADS yang AS pasok ke mujahid Afghanistan untuk mengusir tentara Uni Soviet dalam perang tahun 1980-an sampai 1990-an. Tapi Washington harus mengeluarkan miliaran dolar AS lagi untuk membersihkan senjata itu dari Afghanistan dan zona konflik lainnya di seluruh dunia.
Wetzels mengatakan belum diketahui apakah rancangan CIA itu pernah dibuat atau tidak. Jika sudah, saat ini juga belum diketahui apakah sudah alat itu diaplikasikan atau tidak.
Namun, ia mencatat periode pengembangan teknologi yang tercantum dalam dokumen yakin dari 2014 sampai 2015. Sesuai dengan laporan media tentang penggunaan MANPADS terhadap pemberontak di Suriah.
Wetzels menambahkan mungkin geofencing dianggap sebagai cara untuk memastikan rudal di Suriah atau di tempat lain hanya digunakan di medan perang. CIA menolak berkomentar tentang pernyataan Wetzels tersebut.
Pakar lain yang meninjau analis Wetzels mengatakan hal ini memungkinkan. Direktur konsultan intelijen asal Inggris ARES, N.R. Jenzen-Jones mengatakan geofencing sudah lama dibahas untuk menjaga pemakaian senjata mematikan.
"Agar berada di tangan pasukan sahabat yang beroperasi di lingkungan beresiko tinggi," kata penulis buku "Web trafficking: analysing the online trade of small arms and light weapons in Libya" itu.
Wetzels mengatakan geofencing bukan solusi yang benar-benar ampuh. Hal itu mengingat panjang daftar kerentanan keamanan yang dapat digunakan pemberontak melewati batas yang sudah ditetapkan.
"Ini bukan solusi kedap air," katanya.