REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Protes pada Malam Tahun Baru di Hong Kong tidak hanya dilakukan lewat unjuk rasa. Acara protes yang bertajuk 'Suck the Eve' dan 'Shop With You' juga rencananya akan digelar di distrik hiburan dan bar Lan Kwai Fong.
Aksi protes jalan santai juga akan digelar di dekat Victoria Harbour dan beberapa mal besar di Hong Kong. Pengunjuk rasa sudah melakukan aksinya sejak jam makan siang.
"Saya bergabung dalam unjuk rasa jam makan siang untuk memberitahu rakyat Hong Kong kami tidak akan menyerah terhadap lima tuntutan, harapan Tahun Baru saya gerakan ini dapat segera berakhir," kata Kong salah satu pengunjuk rasa, Selasa (31/12).
Polisi mengerahkan 6.000 pasukan untuk mengamankan malam tahun baru. Kelompok hak asasi manusia dan pengunjuk rasa mengkritik penggunaan kekerasan yang dilakukan polisi terhadap demonstran.
"Saya ibu dari dua anak, sekarang saya berhenti membawa anak-anak saya ikut unjuk rasa, karena sekarang berbahaya bagi mereka untuk ikut dan saya tidak tahu lagi mana polisi baik dan jahat," kata Kong yang berusia 40 tahun.
Polisi mengatakan mereka telah menahan 6.500 orang sejak unjuk rasa di mulai pada bulan Juli lalu. Gejolak politik paling menentang yang dihadapi Hong Kong selama beberapa dekade terakhir.
"Rakyat Hong Kong telah berhasil mengatasi banyak kesulitan sebelumnya, dengan kebijaksanaan dan kegigihan kami saya yakin sekali lagi kami dapat mengatasi tantangan dan membangun ulang Hong Kong," kata Kepala Pemerintahan Hong Kong Carrie Lam dalam video pesan tahun baru.
Unjuk rasa tahun baru diperkirakan akan menarik puluhan ribu peserta. Penyelenggara unjuk rasa ini berhasil mendapatkan izin dari kepolisian.
Penyelenggara unjuk rasa yakni Civil Human Rights Front berharap gerakan unjuk rasa tetap bertahan pada tahun baru. Pada unjuk rasa yang digelar Civil Human Rights Front sebelumnya menarik 800 ribu peserta.
"Pada Hari Pertama Tahun Baru, kami harus menunjukkan solidaritas kami, untuk melawan pemerintah, kami berharap rakyat Hong Kong akan turun ke jalan demi masa depan Hong Kong," kata ketua Civil Human Rights Front Jimmy Sham.