Senin 13 Jan 2020 05:30 WIB

Pendemo Protes Atas Pengakuan Serangan Pesawat oleh Iran

Pesawat penumpang milik Ukraina jatuh pada Rabu (8/1) usai lepas landas.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas menunjukkan foto seorang gadis di lokasi jatuhnya pesawat Ukraina di Shahedshahr, Teheran, Iran, Rabu (8/1).
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Petugas menunjukkan foto seorang gadis di lokasi jatuhnya pesawat Ukraina di Shahedshahr, Teheran, Iran, Rabu (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Para pendemo dan surat kabar Iran menekan kepemimpinan negara serta polisi anti huru hara, Ahad (12/1). Hal ini menyusul pengakuan militer Iran yang secara tak sengaja menembak jatuh pesawat Ukraina beberapa hari lalu.

Polisi anti huru hara dilaporkan menembakkan gas air mata ke ribuan warga Iran yang turun ke jalan pada Sabtu malam di ibu kota serta kota-kota lain. Banyak dari mereka yang meneriakkan "Kematian bagi ditaktor" yang lebih mengarahkan kemarahan mereka pada otoritas tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei.

Baca Juga

Diketahui, militer Iran mengaku telah menembak jatuh pesawat Ukraine International Airline, Sabtu (11/1). Pengumuman yang dibacakan dalam saluran TV pemerintah ini menyatakan, peristiwa itu terjadi karena ketidaksengajaan yang dilakukan oleh kesalahan manusia atau human error.

Pesawat Ukraina yang jatuh awal pekan ini di Iran telah terbang dekat dengan situs militer milik pasukan elite Garda Revolusi Iran. Militer Iran menyatakan, pesawat itu pun ditembak jatuh secara tidak sengaja karena kesalahan manusia.

Atas penemuan itu, pihak-pihak yang bertanggung jawab akan dirujuk ke Departemen Kehakiman di dalam militer. Mereka yang terlibat akan dimintai pertanggungjawaban.

Pesawat Boeing 737 ini jatuh di Teheran ketika akan melakukan perjalanan ke Kiev, Rabu (8/1). Dalam penyelidikan awal, pesawat disebut mengalami masalah teknis setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini.

Sementara itu, Inggris mengatakan duta besarnya di Iran telah ditahan sebentar pada Sabtu oleh pihak berwenang di Teheran. Sebuah kantor berita mengatakan, dia ditahan di luar sebuah universitas karena menghasut protes.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyebutnya pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. "Pemerintah Iran berada di persimpangan jalan. Itu dapat memicu demo dengan semua isolasi politik dan ekonomi yang menyertainya, atau mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan dan terlibat dalam jalur diplomatik ke depan," katanya.

Selama tiga hari usai kecelakaan pesawat, pejabat Iran dengan keras menyangkal isu tersebut harus disalahkan. Bahkan, Iran menyangkal ketika Kanada yang warganya turut dalam kecelakaan dan AS bilang ontelejen mereka mengindikasikan rudal Iran lah yang harus disalahkan, meski ditembakkan karena keaslahan atau tidak disengaja.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, yang terjadi adalah kesalahan besar. Dia meminta maaf. Namun, seorang komandan Garda revolusi Iran mengatakan, kemarahan publik tentang informasi pengakuan Iran. Dia mengatakan, dia telah memberi tahu pihak berwenang bahwa rudal mengenai pesawat pada hari kecelakaan itu terjadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement