Rabu 15 Jan 2020 17:00 WIB

Iran Tangkap Pelaku Penyebab Jatuhnya Pesawat Penumpang Ukraina

Pengunggah dan penyebar video yang tayangkan misil menembak pesawat juga ditahan.

Red:
.
.

Iran mengaku telah melakukan penangkapan terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab atas insiden penembakan pesawat Ukraina, yang menewaskan seluruh penumpangnya.

  • Beberapa orang ditahan setelah penyelidikan luas berkenaan dengan penembakan pesawat Ukraina
  • Presiden Iran mengatakan penembakan pesawat merupakan kesalahan yang tidak bisa dimaafkan
  • Insiden itu menewaskan 167 penumpang dan sembilan awak dari berbagai negara

 

Baca Juga

Seorang pengunggah dan penyebar video yang menayangkan misil menembak pesawat tersebut juga dilaporkan telah ditahan oleh Garda Revolusioner Iran. Tapi tidak disebutkan berapa orang secara keseluruhan yang ditangkap dan nama-nama mereka.

Penangkapan dilakukan setelah Presiden Iran, Hassan Rouhani menyerukan pembentukan pengadilan khusus untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab melakukan penembakan, hari Selasa (15/01).

Juru bicara Departemen Kehakiman Iran, Gholamhossein Esmaili, mengatakan "penyelidikan mendalam sudah dilakukan dan beberapa individu sudah ditahan", seperti yang dikutip media pemerintah Iran.

Kantor berita Fars mengatakan penyelidikan penahanan dilaporkan ke publik tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Iran yang pada awalnya membantah penyebab jatuhnya pesawat adalah tembakan peluru kendali, akhirnya mengakuinya tiga hari kemudian, dengan mengatakan Garda Revolusioner menembak pesawat itu tanpa sengaja.

Selasa kemarin (14/01), The New York Times melaporkan sebuah rekaman CCTV terbaru menunjukkan dua rudal Iran ditembakkan, dengan jarak waktu 30 detik, yang mengenai pesawat Ukraina yang lepas landas dari Bandara Tehran, Senin 8 Januari lalu.

 

Menurut harian tersebut, kedua rudal ditembakkan dari fasilitas militer Iran yang jaraknya 12 kilometer dari lokasi pesawat.

Rekaman juga menunjukkan tembakan rudal tidak membuat pesawat langsung jatuh, namun terbakar dan pesawat mencoba berbalik untuk kembali ke Bandara Tehran.

Kesalahan yang tidak bisa dimaafkan

Presiden Hassan Rouhani dalam pidato yang disiarkan televisi hari Selasa, mengatakan penembakan pesawat Ukraina adalah 'kesalahan yang tidak bisa dimaafkan".

Ia menegaskan Iran akan menghukum seluruh mereka yang bertanggung jawab.

"Militer Iran mengakui kesalahan mereka adalah langkah pertama yang baik."

"Kita harus memastikan ini tidak akan terjadi lagi," kata Presiden Rouhani, sambil menambahkan pemerintahnya "bertanggung jawab memberikan penjelasan kepada seluruh warga Iran dan warga negara lain yang ada dalam pesawat tersebut".

"Departemen Kehakiman harus membentuk pengadilan khusus dengan hakim dan belasan pakar di dalamnya," kata Presiden Rouhani.

"Ini bukan kasus biasa. Seluruh dunia akan memperhatikan pengadilan ini dengan seksama."

Pesawat yang sedang dalam perjalanan ke Keiv, ibukota Ukraina Kiev, tersebut membawa 167 penumpang dan sembilan awak, dari beberapa negara termasuk 82 warga Iran, 57 warga Kanada, dengan banyak diantaranya warga Iran yang memiliki dua kewarganegaraan, dan 11 warga Ukraina.

Diantara penumpang terdapat beberapa anak dan seorang bayi.

Kanada salahkan Iran dan Amerika Serikat

 

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau menuduh perseteruan antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Rouhani, telah menyebabkan tragedi ini.

Menurutnya semua penumpang di pesawat tersebut masih hidup bila tidak ada ketegangan antar kedua negara.

"Inilah yang terjadi ketika ada konflik, warga yang tidak berdosa menjadi korban," kata PM Trudeau dalam wawancara dengan Global News Television.

Iran menembak jatuh pesawat tersebut di tengah kekhawatiran adanya tindak pembalasan dari Amerika, setelah Iran menembakkan belasan rudal ke dua pangkalan militer di Irak.

Tidak ada yang tewas dalam serangan Iran yang dilakukan sebagai aksi balas dendam, setelah terbunuhnya Pemimpin Garda Revolusioner Iran, Jenderal Qassem Soleimani dalam serangan drone AS di Baghdad.

Penembakan pesawat Ukraina dengan tidak adanya keterbukaan di Iran menimbulkan kemarahan, termasuk sejumlah protes di Iran dalam beberapa hari terakhir, yang meminta para pemimpin Iran mengundurkan diri

Reuters/ABC

Baca artikel selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement