Jumat 10 Jan 2020 16:19 WIB

Mahathir Merangkap Jabatan Jadi Menteri Pendidikan Malaysia

Menteri Pendidikan Malaysia mengundurkan diri karena kontroversi pelajaran.

Red: Nur Aini
Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad
Foto: Antara/Agus Setiawan
Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad merangkap jabatan sebagai pejabat sementara Menteri Pendidikan Malaysia setelah Menteri Pendidikan Dr Maszlee Malik mengundurkan diri.

Pengumuman rangkap jabatan tersebut disampaikan melalui siaran pers Kantor Perdana Menteri Putrajaya dan Twitter Mahathir, Jumat (10/1). Dalam siaran pers disebutkan terkait dengan kekosongan jabatan Menteri Pendidikan baru-baru ini rapat kabinet Pakatan Harapan pada Rabu (8/1) sepakat agar jabatan sementara dipegang oleh Mahathir. Keputusan tersebut berlaku hingga Menteri Pendidikan yang baru dilantik.

Baca Juga

Sebelumnya, Menteri Pendidikan Maszlee Malik menyatakan mengundurkan diri dari Kabinet Pakatan Harapan setelah 20 bulan mengemban jabatan di kementerian tersebut. Pengunduran diri dosen di Islamic International University Malaysia (IIUM) tersebut disampaikan dalam jumpa pers di teras Kantor Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM) di Putrajaya, Kamis (2/1).

Saat jumpa pers anggota parlemen dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) pimpinan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad tersebut menyampaikan program-program yang telah berhasil dilaksanakan selama menjadi menteri. Namun, program-program yang dia jalankan jarang muncul di media massa, tetapi lebih banyak muncul isu-isu yang kontroversi.

“Namun sebagaimana saya jelaskan pada awal, saya dilihat menimbulkan banyak krisis kepada kepimpinan terutama melibatkan isu Jawi, internet sekolah dan isu sarapan gratis,” katanya.

Isu Jawi adalah kebijakan Maszlee Malik yang mewajibkan sekolah-sekolah khusus China dan India (sekolah vernakuler) memasukkan pelajaran Jawi atau pelajaran Bahasa Arab Melayu dalam kurikulum mereka. Kebijakan tersebut ditentang oleh guru-guru sekolah vernakuler, tetapi didukung kalangan Islam dan Melayu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement