Rabu 26 Feb 2020 10:29 WIB

Israel akan Bangun 3.500 Rumah Baru di Tepi Barat

Rencana Israel bangun ribuan rumah baru di Tepi Barat jadi kampanye Netanyahu.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Perumahan ilegal milik warga Israel di Palestina
Foto: AP
Perumahan ilegal milik warga Israel di Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkomitmen membangun 3.500 permukiman baru di wilayah E1, di Tepi Barat. Pernyataan tersebut merupakan salah satu kampanye Netanyahu menjelang pemilihan umum Israel yang ketiga.

"Saya telah memberikan instruksi untuk segera mempublikasikan rencana membangun 3.500 unit rumah di E1. Pembangunan itu telah ditunda selama enam atau tujuh tahun," ujar Netanyahu dilansir Aljazirah, Rabu (26/2).

Baca Juga

Israel membekukan rencana untuk membangun permukiman di kawasan E1 sejak 2012, karena mendapatkan penolakan dari Amerika Serikat (AS), sekutu Eropa dan sejumlah negara lainnya. Pembangunan permukiman itu dinilai sebagai ancaman terhadap kesepakatan perdamaian dengan Palestina.

Koridor E1 rencananya akan menghubungkan sejumlah permukiman Israel seperti Ma'ale Adumim ke Yerusalem. Sekitar 600 ribu pemukim Israel tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem yang dicaplok oleh Israel.

Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdainah mengatakan, rencana Netanyahu untuk membangun permukiman baru telah melewati batas. Dia meminta kepada masyarakat internasional untuk bertindak.

"Ini adalah kebijakan berbahaya dan kami menganggap ini sebagai tindakan menghancurkan proses perdamaian," kata Abu Rdainah.

Co-director sebuah LSM dari Jahalin Solidarity, Angela Godfrey-Goldstein mengatakan, pembangunan permukiman tersebut berarti merupakan tindakan pengusiran paksa terhadap warga Palestina yang tinggal di daerah E1. Dia menyebut, hal itu sebagai kejahatan perang.

"Jika dibiarkan berjalan, langkah ini akan mengakhiri potensi negara Palestina yang berkelanjutan, dan merupakan contoh lain bagaimana Bibi (Netanyahu) yang putus asa membeli suara agar tetap keluar dari penjara dengan mengorbankan masa depan kita," ujar Goldstein.

Netanyahu berupaya untuk mempertahankan posisinya sebagai perdana menteri dalam pemungutan suara ketiga, setelah gagal mengamankan suara mayoritas dalam dua pemilihan pada tahun lalu. Di sisi lain, dia menghadapi dakwaan melakukan penyuapan, penipuan dan pelanggaran kepercayaan.

Pekan lalu, Netanyahu mengumumkan akan menghidupkan kembali proyek pembangunan 3.000 permukiman liar di wilayah Givat Hamatos, Tepi Barat, di pinggiran Yerusalem. Proyek tersebut diketahui telah dibekukan oleh oposisi internasional.

Pengawas permukiman Peace Now mengatakan wilayah Givat Hamatos adalah titik terakhir yang memungkinkan kesinambungan teritorial antara Betlehem dan Yerusalem Timur. Rencana Netanyahu mengaktifkan kembali proyek itu adalah bukti bahwa dia melakukan segala upaya untuk mencegah perdamaian. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement