Sabtu 21 Mar 2020 01:05 WIB

Polisi Wuhan Minta Maaf ke Ahli Waris Pengungkap Covid-19

Li Wenliang adalah orang yang pertama kali mengungkapkan potensi merebaknya Covid-19

Warga Hong Kong berduka atas meninggalnya dr Li Wenliang, 7 Februari.(EPA)
Foto:

Sebagai dokter ahli mata di Rumah Sakit Pusat Wuhan yang sekaligus menjadi tempat dia dirawat hingga meninggal dunia, Li mendapati pasien yang dirawatnya dengan gejala-gejala seperti SARS pada 30 Desember 2019. Kemudian, dia membagikan temuannya itu kepada teman-temannya bahwa ada kasus sejenis SARS seperti disampaikan di akun Weibo-nya.

Pada 3 Januari 2020, polisi memanggil dr Li atas penyebaran rumor tersebut dan memintanya menandatangani surat teguran. Pada saat itu pula Biro Kesehatan Kota Wuhan menyatakan bahwa tidak ada bukti virus tersebut dapat ditularkan antarmanusia.

Ternyata informasi yang tersebar untuk mengingatkan masyarakat akan risiko penularan antarmanusia itu sangat akurat. Terlebih, jumlah kematian akibat Covid-19 lebih tinggi daripada wabah SARS di China pada 2003 yang sama-sama menyerang paru-paru.

Ungkapan kekecewaan dan kesedihan atas kematian Li membanjiri media sosial di China dan warganet menjadikannya sebagai pahlawan nasional. Warganet juga mendesak pihak berwenang mengusut kematian itu.

"Dia pahlawan abadi," komentar seorang warganet yang ditimpali warganet China lainnya dengan menuliskan, "Dia masih muda, tidak seharusnya terjadi padanya."

"Yang saya tahu dia telah mengungkapkan kebenaran yang tidak pernah berani dilakukan oleh orang lain," kata Wu Yan, dokter yang bekerja di poliklinik yang sama dengan dr Li, seperti dikutip South China Morning Post.

Tim investigasi tidak berhenti sampai di situ karena mereka akan terus melakukan penyelidikan lebih mendalam. Kematian Li telah menjadi bahan eksploitasi oleh pihak asing, terutama yang sentimen terhadap China, demikian laporan Global Times.

Tentu saja hal itu juga bisa memicu kemarahan atas penanganan wabah Covid-19 yang berepisentrum di Wuhan. Senat Amerika Serikat pada 3 Maret mendesak China untuk berterus terang atas kematian dr Li itu.

Namun, sejumlah pengamat di China justru mengingatkan pihak-pihak asing agar tidak mengeksploitasi kesedihan sepeninggal dr Li dengan menyebarkan retorika anti-China di media sosial. Beberapa pengamat mengatakan bahwa sebagai anggota Partai Komunis China (CPC), dr Li telah bertekad dan berkorban dalam memerangi wabah tersebut.

Pemerintah pusat China di Beijing mengirimkan empat tim pada 7 Februari-12 Maret guna melakukan penyelidikan berbagai peristiwa sosial yang menarik perhatian publik seputar Covid-19. Namun, penyelidikan terhadap kasus Li memakan waktu paling lama karena mereka beralasan prosesnya sangat rumit.

Penyelidikan tersebut sesuai amanah Pasal 15 Bab III Undang-Undang Pengawasan Republik Rakyat China mengenai pengawasan terhadap personel di bidang pendidikan publik, penelitian ilmiah, kebudayaan, petugas medis, olahraga, dan unit-unit lainnya.

Penyelidikan kematian Li sangat komprehensif karena tim tidak hanya mencari kesalahan dalam perawatan medis Li, tetapi juga mengamati adanya dugaan kesengajaan di balik peristiwa itu. Dugaan itu seperti penyalahgunaan kewenangan ataupun kegagalan dalam menjalankan tanggung jawab para pejabat lokal dalam mencegah epidemi, demikian menurut Ren Jianming, profesor dari Beihang University di Beijing, seperti dikutip Global Times--harian terkemuka yang dikelola partai berkuasa di China itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement