REPUBLIKA.CO.ID, MINNEAPOLIS -- Pengunjuk rasa bersorak ketika kantor polisi Minneapolis terbakar. Para petugas terpaksa meninggalkan kantor itu setelah unjuk rasa yang memprotes pembunuhan George Floyd oleh polisi kulit putih Derek Chauvin meluas.
Pada Jumat (29/5), seorang juru bicara kepolisian mengkonfirmasi para staf sudah dievakuasi dari kantor yang terletak di 3rd Precinct. Ia mengatakan evakuasi dilakukan 'demi keamanan personel kami'.
Sebuah siaran langsung menunjukkan pengunjuk rasa masuk ke dalam gedung. Suara alarm kebakaran berbunyi dan alat penyiram otomatis menyala saat api mulai membakar. Pengunjuk rasa membakar jaket Departemen Kepolisian Minneapolis dan bersorak.
Pada Kamis (28/5) malam, Presiden AS Donald Trump mencela 'lemahnya kepemimpinan' di Minneapolis. "Baru saja berbicara dengan Gubernur Tim Walz dan saya beritahu dia Militer ada padanya, setiap kesulitan dan kami berasumsi dapat dikendali, tapi ketika kerusuhan dimulai, penembakan dimulai," cicit Trump.
Unjuk rasa pecah pada hari Selasa (26/5) setelah video pembunuhan Floyd di pinggir jalan tersebar di media sosial. Dalam video tersebut petugas polisi Derek Chauvin menekan lututnya ke leher Floyd. Laki-laki kulit hitam tersebut terkapar di atas aspal dan mengatakan tidak bisa bernapas.
Gubernur Minnesota Tim Walz mengaktifkan Garda Nasional atas permintaan wali kota. Tapi belum diketahui kapan dan di mana Garda Nasional dikerahkan. Tidak satu pun Garda Nasional yang terlihat dalam unjuk rasa di St. Paul.
Tidak lama setelah kantor polisi Minneapolis dibakar, melalui media sosial Twitter Garda Nasional mengatakan mereka telah mengaktifkan 500 pasukan di seluruh wilayah Minnesota.