Kamis 04 Jun 2020 14:22 WIB

Giliran Trump Serang Balik Jenderal Mattis

Trump menyebut Mattis sebagai jenderal yang tak punya kewibawaan di militer.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Foto: AP/Patrick Semansky
Presiden Amerika Serikat Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengkritik mantan menteri pertahanan, James Mattis terkait penanganan aksi protes rasisme yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di sejumlah negara bagian AS. Trump menyebut Mattis sebagai seorang jenderal (purnawirawan) yang terlalu berlebihan di dunia, dan tidak memiliki kewibawaan militer.

"Mungkin satu-satunya kesamaan yang dimiliki Barack Obama dan saya adalah bahwa kami berdua mendapat kehormatan memecat Jim Mattis, Jenderal yang paling berlebihan di dunia. Saya meminta surat pengunduran dirinya dan merasa senang karenanya. Julukannya adalah Chaos dan saya tidak menyukainya, kemudian berubah menjadi 'Mad Dog'," ujar Trump dalam cicitannya di Twitter, seperti dilansir The Hill, Rabu (4/6).

Baca Juga

"Kekuatan utamanya bukan militer, melainkan hubungan pribadi dengan publik. Saya tidak suka gaya kepemimpinannya atau hal lain tentang dia, dan banyak orang yang setuju. Saya senang dia sudah pergi," kata Trump menambahkan.

Trump melontarkan pernyataan itu beberapa jam setelah Mattis mengkritik kebijakannya yang mengerahkan militer untuk meredam aksi protes terkait kematian pria Afro-Amerika, George Floyd. Mattis menuding Trump telah memecah belah bangsa dan melanggar hak-hak konstitusional.

"Donald Trump adalah presiden pertama dalam hidup saya yang tidak mencoba menyatukan rakyat Amerika. Sebaliknya dia mencoba memecah belah kita. Kami menyaksikan konsekuensi dari tiga tahun upaya yang disengaja ini. Kami menyaksikan konsekuensi tiga tahun tanpa kepemimpinan yang matang," ujar Mattis.

Mattis menjabat sebagai menteri pertahanan di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama. Dia kemudian tetap menjabat sebagai menteri hingga Donald Trump menjadi presiden. Namun, Mattis mengundurkan diri pada Desember 2018 setelah berselisih dengan Trump mengenai penarikan pasukan AS dari Suriah.

Mattis banyak disukai oleh anggota Kongres dari kedua kubu partai. Partai Republik menyatakan penyesalan ketika mengetahui bahwa Mattis dipecat. Setelah keluar dari pemerintahan Trump, Mattis tidak pernah muncul di publik dan menghindari untuk mengkritik presiden.

Kritik Mattis terhadap pemerintah muncul setelah Trump mengancam akan mengerahkan pasukan militer AS ke sejumlah kota dan negara bagian untuk meredam aksi protes. Pemerintahan Truump telah memerintahkan pasukan agar siaga aktif.

"Ketika saya bergabung dengan militer, sekitar 50 tahun yang lalu, saya bersumpah untuk mendukung dan membela konstitusi. Saya tidak pernah bermimpi bahwa pasukan yang mengambil sumpah yang sama akan diperintahkan dalam keadaan apa pun untuk melanggar hak-hak konstitusional sesama warga negara mereka", kata Mattis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement