Beruntung, kata Azimah, Bulan Sabit Merah Turki datang untuk menyelamatkan makam. Lembaga asal Turki itu lalu melakukan pemugaran pada 2005.
“Bulan Sabit Merah Turki memugar makam ini dengan memberikan pagar dan memasang granit pada makam,” jelas dia yang juga menjadi korban tsunami.
Membuka tabir
Saat ini, kata Azimah, banyak orang yang datang ke komplek ini untuk memenuhi rasa penasarannya soal hubungan Turki Utsmani dan Aceh.
Mereka, tutur Azimah, datang dari dalam dan luar negeri seperti Malaysia, Jepang, Meksiko, negara-negara Afrika, dan negara-negara lainnya.
“Sudah banyak turis asing datang ke sini,” kata dia.
Salah satu pengunjung, Jihan Ashalia Zahrania, mengaku mendapatkan informasi berharga mengenai komplek ini.
Gadis, yang tengah studi di Universitas Istanbul, ini mengaku mendapatkan informasi berharga dalam ziarahnya ke makam ini.
“Kunjungan ini membuka pengetahuan saya, ternyata hubungan Aceh dan Turki itu sedekat ini,” kata dia.
Meskipun kuliah di Turki, dia sebelumnya mengira hubungan Turki dan Aceh sekedar kekerabatan.
Namun usai melihat makam, kata dia, ternyata Aceh dan Turki telah menjalin hubungan secara luas seperti pendidikan, militer, keagamaan, dan budaya.