Selasa 16 Jun 2020 06:05 WIB

Matinya Perjanjian Oslo, Bagaimana Nasib Palestina?

Israel terus melanggar kesepakatan dengan Palestina dan kini akan aneksasi Tepi Barat

Rep: Anadolu/ Red: Elba Damhuri
Pengunjuk rasa melambaikan bendera Palestina saat terjadi bentrokan di dekat perbatasan dengan Israel di timur Kota Gaza, Jumat (15/12). Demonstran memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Foto:

Tapi Arafat memiliki pandangan berbeda dan ingin Nordli menawar pasokan minyak untuk membawa Israel ke meja perundingan.

"Jadi, itu kerja keras selama 14 tahun yang menyebabkan perjanjian Oslo," kata Arvinn Eikeland Gadgil, seorang mantan menteri Norwegia.

David Shlomo Rosen, mantan kepala rabi Irlandia dan direktur Komite Yahudi Amerika, menyebut dua faktor yang membawa Israel ke mau duduk meja perundingan.

Dia mengatakan perang 1973 dengan Mesir telah membawa kesadaran bahwa Israel tidak terkalahkan, sebuah pandangan yang kemudian diperkuat oleh perang 2006 dengan Lebanon.

Juga, katanya, orang-orang Yahudi di dunia menginginkan batas-batas yang ditetapkan untuk satu-satunya negara Yahudi, jangan sampai roda sejarah mulai bergerak ke arah yang berlawanan.

"Disadari juga bahwa ekspansi di luar perbatasan Israel bukanlah suatu pilihan, karena akan meningkatkan populasi Arab dan mengurangi jumlah orang Yahudi menjadi minoritas," kata Rosen.

Menurut sensus, populasi Arab di perbatasan Israel ada 14% pada 1967 dan sekarang meningkat menjadi 22%.

Biaya perdamaian

Salah satu faktor utama yang menyebabkan Israel melakukan perjanjian damai dengan Palestina adalah telah ada penemuan besar minyak dan gas di sepanjang pantai timur Israel dan Palestina.

Israel, yang tidak memiliki sumber air pada saat pembentukannya, sekarang memasok air dari pabrik desalinasi ke Yordania.

Perusahaan ini juga memasok minyak dan gas ke Yordania dan Mesir sebesar 85 miliar meter kubik gas senilai sekitar 19,5 miliar dolar AS.

Israel sedang menggali sumber energi yang sangat besar dari ladang-ladang Tamar dan Leviathan di lepas pantai, sekitar 100 kilometer dari Haifa.

Bangsa Yahudi mengendalikan 90% dari zona ekonomi di sepanjang pantai Mediterania, dengan perkiraan 21 triliun kaki kubik gas, cukup untuk memenuhi persyaratan negara selama lebih dari 40 tahun.

sumber : Anadolu Agency
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement