REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki telah menurunkan pasukan untuk operasi darat lintas-perbatasan melawan Kurdi di Irak utara, Rabu (17/6). Hal ini akan menjadi serangan udara dan darat pertama yang diumumkan oleh Ankara di dalam wilayah Irak.
Kementerian Pertahanan menyatakan, serangan udara ke wilayah perbatasan Irak Haftanin, sekitar 15 kilometer dari perbatasan Turki-Irak, diluncurkan setelah tembakan artileri intens ke daerah itu. Operasi ini didukung oleh pesawat tempur, helikopter serang, artileri, dan pesawat nirawak bersenjata dan tidak bersenjata.
Operasi digelar menyusul meningkatnya gangguan dan upaya untuk menyerang pos atau pangkalan militer di Turki yang ada di dekat daerah perbatasan. Kementerian Pertahanan menyatakan, pasukan Turki akan menargetkan kelompok teror lain di wilayah itu, tetapi tidak menyebut namanya.
"Operasi Claw-Tiger terus berhasil sesuai rencana," kata Kementerian Pertahanan sambil menunjukan video Menteri Pertahanan, Hulusi Akar, mengawasi misi di pusat komando di Ankara melalui akun Twitter.
Turki secara teratur melakukan serangan udara dan darat terhadap Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang mempertahankan pangkalan di Irak utara. Namun, serangan kali ini menjadi yang pertama diumumkan oleh Turki.
Serangan ini terjadi beberapa hari setelah Turki meluncurkan operasi udara di wilayah Irak utara. Menurut Departemen Pertahanan, sasaran terhadap milisi Kurdistan yang dicurigai di beberapa lokasi di utara Irak, termasuk Sinjar, dan menargetkan 81 tempat persembunyian milisi.
"Turki terus berjuang melawan teroris menggunakan hak berdasarkan hukum internasional. Ini adalah hak dan kewajiban kita yang paling alami untuk memerangi teroris yang menyerang perbatasan kita, warga negara, dan pasukan keamanan," kata wakil ketua partai berkuasa, Omer Celik.
PKK atau pihak Baghdad dan wilayah semi-otonomi Kurdi Irak utara, belum memberikan tanggapan dari pengumuman Turki. Namun, Pemerintah Irak, memanggil Duta Besar Turki untuk memprotes serangan udara pada Selasa.
PKK telah memimpin pemberontakan selama puluhan tahun di wilayah tenggara Turki yang sebagian besar adalah suku Kurdi. Upaya itu dianggap sebagai teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Konflik telah menyebabkan hilangnya puluhan ribu jiwa sejak dimulai pada tahun 1984.