Kamis 16 Jul 2020 10:00 WIB

AS: Rusia Tanam Jebakan Ranjau Darat di Sekitar Tripoli

Penggunaan ranjau darat oleh Wagner Group membahayakan warga sipil.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara menjaga Kota Tripoli, Libya. (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Tentara menjaga Kota Tripoli, Libya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menuding tentara bayaran Rusia menanam ranjau darat dan alat peledak improvisasi (IED) di sekitar ibu kota Tripoli, Libya. Komando Militer Afrika (Africom) menyatakan, sebuah bukti foto yang telah diverifikasi menunjukkan jebakan dan ladang ranjau di Tripoli.

Washington melacak penggunaan alat peledak tersebut ke Wagner Group, sebuah organisasi paramiliter Rusia yang beroperasi di Libya. Kontraktor militer swasta itu dituduh melakukan perang rahasia atas nama Kremlin di sejumlah negara termasuk Sudan, Suriah, dan Ukraina.

"Penggunaan ranjau darat oleh Wagner Group membahayakan warga sipil yang tidak bersalah," ujar Direktur Intelijen Africom, Heidi Berg, dilansir Middel East Eye, Kamis (16/7).

Rusia telah berulang kali membantah laporan media bahwa Wagner Group telah memasang ranjau darat tersebut. Sebuah laporan rahasia PBB menyatakan, Wagner Group memiliki antara 800 hingga 1.200 kontraktor militer di lapangan, termasuk penembak jitu dan tim militer khusus. Wagner Group diyakini adalah milik Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha yang mempunyai hubungan dekat dengan Presiden Vladimir Putin.

"Wagner Group yang disponsori Rusia menunjukkan pengabaian total terhadap keselamatan dan keamanan Libya. Taktik tak bertanggung jawab Wagner Group adalah memperpanjang konflik dan bertanggung jawab atas penderitaan yang tak perlu dan kematian warga sipil tak berdosa," ujar Direktur Operasi di Africom, Bradford Gering.

Sejak 2014, Libya telah terpecah antara wilayah-wilayah yang dikendalikan oleh pemerintah yang diakui internasional (GNA), dan wilayah yang dipegang oleh pasukan yang setia kepada Haftar. Turki, bersama dengan sekutu regional Qatar mendukung GNA. Sementara tentara bayaran Rusia, Uni Emirat Arab dan Mesir mendukung Haftar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement