Jumat 17 Jul 2020 18:52 WIB

India Harap Ada Resolusi Selesaikan Sengeketa dengan China

India dan China tengah berunding untuk selesaikan perselisihan perbatasan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah prajurit paramiliter India berjaga pada pos pemeriksaan di sepanjang jalan raya menuju Ladakh, di Gagangeer, India, Rabu (17/6). India dan China tengah berunding untuk selesaikan perselisihan perbatasan. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/FAROOQ KHAN
Sejumlah prajurit paramiliter India berjaga pada pos pemeriksaan di sepanjang jalan raya menuju Ladakh, di Gagangeer, India, Rabu (17/6). India dan China tengah berunding untuk selesaikan perselisihan perbatasan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mengatakan negaranya berharap dapat menemukan resolusi guna menyelesaikan perselisihan perbatasan dengan China. Kedua negara tengah melakukan perundingan untuk membahas hal tersebut.

"Mengingat kemajuan negosiasi sejauh ini, masalah ini harus diselesaikan. Tapi sejauh mana itu akan diselesaikan, saya tidak bisa menjamin," kata Singh pada Jumat (17/7).

Baca Juga

Kendati demikian, dia menegaskan tak ada kekuatan dunia yang dapat mengambil tanah India walaupun hanya satu inci. Pada Kamis (16/7), militer India mengatakan negosiasi mengalami kemajuan. Namun proses perenggangan rumit dan memerlukan verifikasi di lapangan.

Awal pekan ini, China mengatakan telah ada kemajuan dalam meredakan krisis. Beijing mendesak India untuk menjaga perdamaian.

Hubungan India dan China sempat dibekap ketegangan. Hal itu disebabkan bentrokan yang melibatkan pasukan kedua negara di Lembah Galwan, Ladakh. Daerah itu termasuk dalam Line of Actual Control (LAC) yakni perbatasan de facto China dan India.

Meski tanpa kontak senjata, bentrokan mengakibatkan 20 tentara India tewas. China disebut memiliki 40 korban jiwa, termasuk seorang komandan. China telah membantah laporan itu, tapi negara itu enggan mempublikasikan jumlah pasukannya yang menjadi korban.

India dan China saling tuding sebagai pihak yang terlebih dulu melanggar LAC. Hal itu tak terlepas dari klaim teritorial kedua negara yang tumpang tindih di wilayah tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement