Ahad 19 Jul 2020 16:01 WIB

Konflik dengan China, Rahul Sindir Pemerintah India Pengecut

Rahul Gandhi menuding China telah mengambil tanah India.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Jejak perang mematikan China versus India.
Foto: New York Times
Jejak perang mematikan China versus India.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Anggota Kongres India Rahul Gandhi mengatakan India akan membayar 'kepengecutan pemerintah' dalam konflik dengan India. Rahul adalah salah tokoh yang menyuarakan kritik terhadap bentrokan dengan Cina di dataran tinggi Ladakh dan ketegangan dua negara yang menyertainya.

"China mengambil tanah kami dan Pemerintah India bertindak seperti Chamberlain, ini akan memperkuat China," kata Gandhi dalam kicauannya seperti dikutip dari media India, NDTV, Ahad (19/7).

Baca Juga

Ketua parlemen itu menyinggung mantan Perdana Menteri Inggris Neville Chamberlain yang terkenal membuat perjanjian dengan Nazi Jerman. Gandhi kerap mengatakan pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi 'menyerah' terhadap agresi China di perbatasan.

Dalam cicitannya, Gadhi juga mencantumkan rekaman video pembicaraan Menteri Pertahanan Rajnath Singh dengan tentara India di Ladakh, Jumat (17/7) lalu. Dalam cuplikan video itu Singh mengatakan tidak ada jaminan perundingan dapat meredakan ketegangan antara India dan China. "Tidak satu inci pun tanah kami dapat diambil oleh kekuatan dunia mana pun," kata Singh.

Dalam kunjungan ke Ladakh bulan lalu Modi juga menyampaikan pesan yang serupa. Namun Kongres India masih tidak yakin pemerintah bersungguh-sungguh dengan pernyataannya dan menangani isu ini. Mereka kerap menekankan perkataan Modi dalam pertemuan semua partai bulan Juni lalu. "Tidak satu pun yang berada di wilayah kami atau yang berada di pos perbatasan kami yang direbut (China)," kata Modi saat itu.

Kantor perdana menteri sudah merilis klarifikasi, tapi Kongres menafsirkan wilayah itu telah diserahkan ke Cina. Gandhi menganalogikan Modi dengan Chamberlain. Kegagalan diplomatik mantan perdana menteri Inggris itu dinilai yang menyebabkan Hitler dapat memperluas wilayah kekuasaannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement