REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Ribuan warga Yaman kehilangan tempat tinggal setelah hujan lebat dan banjir bandang melanda tempat tinggal mereka. Hal tersebut membuat krisis kemanusiaan di sana semakin parah.
Selama dua pekan berturut-turut, hujan lebat memicu banjir bandang yang menghanyutkan rumah, pertanian, jalan, dan saluran air di provinsi Marib, Dhale, Abyan, Hadramout, Ibb, serta Hajjah. Cuaca buruk membuat petugas medis yang menangani Covid-19 tak dapat mencapai fasilitas kesehatan, pusat pengujian, dan pasien.
Dilaporkan laman Arab News pada Senin (3/8), Executive Unit for IDPs Camp Management (EUICM) mengatakan lebih dari 2.600 keluarga di Marib, Hajjah, Abyan, dan Dhale dibiarkan tanpa perlindungan setelah hujan serta banjir menghanyutkan tenda dan rumah jerami mereka.
Dalam laporannya, unit merekomendasikan mendistribusikan uang tunai kepada keluarga terdampak, memindahkan mereka ke daerah aman, dan membangun rumah yang lebih kuat. Di pusat kota Marib yang menampung ratusan ribu orang yang melarikan diri dari pertempuran di provinsi asal mereka, banjir bandang memenuhi reservoir bendungan.
EUICM mengatakan 1.340 keluarga terkena dampak setelah banjir melanda tenda mereka. Intensitas banjir memicu kekhawatiran tentang kemungkinan kerusakan bendungan yang dapat menghancurkan ratusan rumah dan pertanian.
Guna menghilangkan ketakutan dan meredam desas-desus tentang runtuhnya bendungan, Gubernur Marib Sultan Al-Arada dan beberapa pejabat pemerintah mengunjungi bendungan. Mereka meyakinkan masyarakat bahwa bendungan itu aman dan dapat menahan banjir yang bahkan lebih parah.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Yaman mengatakan banjir di provinsi utara Hajjah dan provinsi barat Hodeidah telah menghanyutkan rumah-rumah serta pertanian ribuan keluarga. “Hujan deras dan banjir baru-baru ini di seluruh Hajjah dan Hodeidah telah mempengaruhi sembilan ribu lebih keluarga,” katanya.
“Tempat perlindungan, jalan, dan tanah hancur. Kehilangan ternak dan barang-barang pribadi. UNHCR dengan cepat merespons, membantu ribuan orang dengan tempat penampungan darurat dan barang-barang seperti kasur dan selimut,” tulis kantor UNHCR Yaman pada Ahad (2/8).
Pusat Meteorologi Nasional telah memprediksi akan terdapat lebih banyak hujan lebat dan banjir bandang di sejumlah bagian Yaman sepanjang pekan ini. Ia memperingatkan warga agar tidak menyeberang ke jalur air atau mengemudi di daerah pegunungan dan berbukit. Banjir di Yaman turut menghambat penanganan Covid-19.
Juru bicara Komite Virus Corona Nasional Yaman Ishraq Al-Subaee mengatakan banyak fasilitas kesehatan di seluruh provinsi yang dikontrol pemerintah tidak dapat mengirim pembaruan tentang Covid-19. Hal itu karena banjir mencegah mereka untuk menguji dugaan kasus atau mengirim sampel ke pusat-pusat pengujian .
Petugas kesehatan di provinsi selatan Shabwa, yang tidak memiliki pusat pengujian Covid-19, tidak dapat mengirim sampel ke provinsi Hadramout yang berdekatan karena banjir dan hujan.