REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Menteri Perminyakan Irak, Ihsan Abdul-Jabber Ismaeel, menyatakan akan menyumbangkan lebih dari satu juta liter minyak ke Lebanon. Bantuan ini merupakan bentuk solidaritas atas ledakan di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus.
Setelah ledakan terjadi, sebagian besar kota hancur dan negara itu menghadapi kekurangan bahan bakar. Terlebih lagi, Lebanon pun telah terjadi pemadaman listrik yang berkepanjangan karena krisis ekonomi yang sedang berlangsung.
Menanggapi masalah tersebut, Ismaeel mengatakan negara penghasil minyak itu akan mengirimkan 30 kapal tanker berisi lebih dari satu juta liter minyak. Pengiriman tersebut adalah kali kedua ke Lebanon yang kekurangan uang dan bergantung pada impor.
Dikutip dari AlArabiya, sebelum rencana pengiriman terbaru ini Irak telah menyumbang minyak sebanyak 800 ribu liter. Kiriman minyak tersebut tiba tidak lama setelah ledakan terjadi.
Ledakan yang mengguncang Beirut dua pekan lalu menewaskan sedikitnya 178, melukai lebih dari 6.000, dan pejabat pemerintah melaporkan bahwa sekitar 300 ribu kehilangan tempat tinggal. Sebelum terjadi bencana itu, Lebanon pun telah diterpa oleh krisis dan penyebaran virus corona.
Lebanon pun selama bertahun-tahun gagal menyediakan listrik 24 jam untuk warganya. Kekurangan listrik meningkat seiring dengan semakin parahnya krisis ekonomi negara.
Beberapa daerah sekarang hanya menerima tiga jam aliran listrik yang disediakan negara per hari. Untuk menutupi kebutuhan, digunakan generator mahal dan saat ini pemilik generator telah berhenti menyediakan listrik.
Faksi-faksi dalam pemerintah telah dituduh menyelundupkan bahan bakar bersubsidi ke Suriah. Sementara pemerintah berjanji untuk menindak aktivitas ilegal pada Mei dan mencabut pipa sepanjang 30 meter dari sisi perbatasan Lebanon dengan Suriah.