Sabtu 12 Sep 2020 22:18 WIB

Polisi Yunani Gunakan Gas Air Mata Bubarkan Demo Pengungsi

Para imigran menuntut bisa meninggalkan pulau Lesbos akibat kebakaran kamp pengungsi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Pemandangan dari tempat penampungan yang hancur setelah kebakaran di kamp Moria untuk pengungsi dan migran di Pulau Lesbos, Yunani 9 September 2020. Foto diambil dengan drone.
Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis
Pemandangan dari tempat penampungan yang hancur setelah kebakaran di kamp Moria untuk pengungsi dan migran di Pulau Lesbos, Yunani 9 September 2020. Foto diambil dengan drone.

REPUBLIKA.CO.ID, LESBOS -- Polisi Yunani menembakkan gas air mata selama protes oleh para migran, Sabtu (12/9). Mereka menuntut untuk bisa meninggalkan pulau Lesbos akibat kebakaran di kamp yang menjadi di pusat pengungsi terbesar di Eropa.

Lebih dari 12 ribu orang yang sebagian besar dari Afrika dan Afghanistan telah tidur di jalanan sejak api menyapu kamp Moria yang terkenal penuh sesak awal pekan ini. Di bawah terik matahari, ratusan migran meneriakkan “Freedom” dan “No Camp” sambil berkumpul saat buldoser membersihkan tanah untuk mempersiapkan tenda-tenda baru yang akan dipasang di kamp tersebut.

Baca Juga

Beberapa membawa tanda tulisan tangan yang membawa pesan termasuk "Kami tidak ingin pergi ke neraka seperti Moria lagi" dan "Bisakah Anda mendengar kami Nyonya Merkel?" untuk merujuk Kanselir Jerman Angela Merkel.

Polisi menembakkan gas air mata ketika beberapa pengunjuk rasa berusaha untuk berbaris di jalan menuju pelabuhan pulau Mytilene. Wilayah ini telah diblokir polisi dan pekerjaan di permukiman terus berlanjut untuk membangun tenda baru agar pengungsi bisa kembali tinggal di sana.

Otoritas Yunani telah menolak pemindahan massal pengungsi ke luar pulau. Padahal permusuhan dari penduduk lokal semakin meningkat setelah bertahun-tahun menanggung beban krisis.

Para pejabat mengatakan mereka bertekad untuk menyediakan tempat berlindung dan sanitasi yang layak serta mencegah bencana kemanusiaan. "Mulai hari ini, pencari suaka akan mulai masuk ke tenda, dalam kondisi aman," kata Menteri Migrasi Notis Mitarachi.

Kebutuhan untuk mengendalikan situasi menjadi lebih mendesak saat pihak berwenang telah kehilangan jejak 35 penghuni kamp yang dinyatakan positif terkena virus corona. Otoritas kesehatan telah berjanji untuk melakukan tes cepat di pintu masuk kamp baru, dengan kesiapan unit karantina bagi pengungsi yang dinyatakan positif.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement