REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Seruan untuk mempertahankan dan mempersenjatai diri dari Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinian dikecam Azerbaijan. Penasihat kebijakan luar negeri Azerbaijan Ilham Aliyev, Hikmat Hajiyev memandang hal itu malah memperpanjang jarak solusi diplomatik dan menunjukkan sikap tidak menghormati upaya mediator internasional.
"Itu menunjukkan kurangnya minat Armenia pada solusi diplomatik,’’ kata Hajiyev mengutip Daily Sabah Kamis (22/10).
Pada hari sebelumnya, Pashinian melalui laman Facebook-nya meminta warga Armenia untuk menjadi sukarelawan militer guna melindungi negara dan wilayahnya. Walaupun, secara internasional wilayah Nagorno-Karabakh diakui internasional sebagai wilayah Azerbaijan.
"Semua orang di Armenia harus mau mengangkat senjata dan mempertahankan Tanah Air, dan mendesak wali kota setempat untuk mengatur unit relawan,’’ kata Pashinian.
Menurutnya, cara kompromi Azerbaijan malah akan menghancurkan harapan dan penyelesaian politik. "Tidak ada Armenia tanpa Nagorno-Karabakh. Mempertahankan Nagorno-Karabakh berarti membela hak-hak rakyat Armenia,’ ungkap dia.
Untuk mengurangi ketegangan itu, Jumat ini, menlu Armenia dan Azerbaijan dijadwalkan bertemu dengan Menlu AS Mike Pompeo di Washington. Diketahui, keduanya juga sempat mengadakan pembicaraan terpisah Rabu kemarin dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov.
Menurut pasukan bersenjata pro Armenia, 834 tentara mereka tewas. Sedangkan pihak Azerbaijan mengatakan, 63 warga sipil tewas dan 292 lainnya luka-luka.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, secara terpisah juga menyarankan untuk mengakhiri permusuhan. Dia meminta pasukan Armenia harus mundur dari Nagorno-Karabakh yang diduduki secara ilegal.