Selasa 15 Dec 2020 16:01 WIB

Armenia-Azerbaijan Saling Tukar Tahanan Perang

Sekitar 44 tahanan Armenia telah kembali ke Yerevan atas bantuan mediasi dari Rusia.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang penjaga perdamaian Rusia masuk ke Dadivank, sebuah biara Gereja Apostolik Armenia yang berasal dari abad ke-9, setelah pengalihan wilayah Kalbajar ke kendali Azerbaijan, sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengharuskan pasukan Armenia untuk menyerahkan wilayah Azerbaijan yang mereka pegang di luar. Nagorno-Karabakh, dekat Kalbajar, Azerbaijan, Rabu, 2 Desember 2020.
Foto: AP/Emrah Gurel
Seorang penjaga perdamaian Rusia masuk ke Dadivank, sebuah biara Gereja Apostolik Armenia yang berasal dari abad ke-9, setelah pengalihan wilayah Kalbajar ke kendali Azerbaijan, sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengharuskan pasukan Armenia untuk menyerahkan wilayah Azerbaijan yang mereka pegang di luar. Nagorno-Karabakh, dekat Kalbajar, Azerbaijan, Rabu, 2 Desember 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pascakonflik selama enam pekan, Armenia dan Azerbaijan Selasa (15/12) ini memasuki tahap pertukaran kelompok tawanan perang dengan dimediasi oleh Rusia. Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, pertukaran tawanan itu merupakan bagian dari all for all.

Pada Senin (14/12) malam kemarin, Wakil Perdana Menteri Armenia Tigran Avinyan mengatakan, sekitar 44 tahanan Armenia telah kembali ke Yerevan atas bantuan mediasi dari Rusia.   Hal serupa juga terjadi pada pihak Azerbaijan.

Baca Juga

Menurut informasi yang diutarakan komandan pasukan penjaga perdamaian Rusia, Rustam Muradov, pengiriman pulang tawanan Azerbaijan itu dilakukan menggunakan sebuah pesawat militer Rusia. Diketahui, ada 12 tahanan yang dikirim pulang ke Baku sebagai bagian dari pertukaran.

Pernyataan itu juga telah dikonfirmasi oleh otoritas Azerbaijan menyoal datangnya puluhan tawanan Armenia itu.  Sebelumnya, dalam konflik enam pekan antara Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di wilayah tersebut, dan daerah sekitarnya, telah dihentikan oleh kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Rusia bulan lalu. Pertempuran itu, juga sekaligus mengunci keuntungan teritorial Azerbaijan.

Hasil tersebut, kini masih berdampak pada konstelasi dalam negeri Armenia di Yerevan. Warga Armenia melakukan protes dan meminta Perdana Menteri Nikol Pashinyan untuk mundur.

Lebih jauh, di Nagorno-Karabakh, kondisi saat ini memang sepi dari pertempuran. Namun, rumor pelanggaran gencatan senjata kembali mencuat, setelah beberapa orang dilaporkan meninggal dan hilang. Hingga kini, pasukan penjaga perdamaian Rusia masih dikerahkan di wilayah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement