REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pascakonflik selama enam pekan, Armenia dan Azerbaijan Selasa (15/12) ini memasuki tahap pertukaran kelompok tawanan perang dengan dimediasi oleh Rusia. Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, pertukaran tawanan itu merupakan bagian dari all for all.
Pada Senin (14/12) malam kemarin, Wakil Perdana Menteri Armenia Tigran Avinyan mengatakan, sekitar 44 tahanan Armenia telah kembali ke Yerevan atas bantuan mediasi dari Rusia. Hal serupa juga terjadi pada pihak Azerbaijan.
Menurut informasi yang diutarakan komandan pasukan penjaga perdamaian Rusia, Rustam Muradov, pengiriman pulang tawanan Azerbaijan itu dilakukan menggunakan sebuah pesawat militer Rusia. Diketahui, ada 12 tahanan yang dikirim pulang ke Baku sebagai bagian dari pertukaran.
Pernyataan itu juga telah dikonfirmasi oleh otoritas Azerbaijan menyoal datangnya puluhan tawanan Armenia itu. Sebelumnya, dalam konflik enam pekan antara Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di wilayah tersebut, dan daerah sekitarnya, telah dihentikan oleh kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Rusia bulan lalu. Pertempuran itu, juga sekaligus mengunci keuntungan teritorial Azerbaijan.
Hasil tersebut, kini masih berdampak pada konstelasi dalam negeri Armenia di Yerevan. Warga Armenia melakukan protes dan meminta Perdana Menteri Nikol Pashinyan untuk mundur.
Lebih jauh, di Nagorno-Karabakh, kondisi saat ini memang sepi dari pertempuran. Namun, rumor pelanggaran gencatan senjata kembali mencuat, setelah beberapa orang dilaporkan meninggal dan hilang. Hingga kini, pasukan penjaga perdamaian Rusia masih dikerahkan di wilayah tersebut.