Selasa 03 Nov 2020 17:54 WIB

Laporan: Kelompok Ekstrem Prancis Ikut Perang Bela Armenia

Marc de Cacqueray-Valmenier mengunggah foto berseragam militer dan senjata otomatis.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Armenia dalam pertempuran di Nogorno-Karabakh.
Foto: EPA-EFE/ARMENIA DEFENCE MINISTRY PRESS
Tentara Armenia dalam pertempuran di Nogorno-Karabakh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin sayap kanan Prancis mengaku kelompoknya telah bergabung dengan barisan depan Armenia. Mereka bergabung untuk melawan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.

Pemimpin sayap kanan Zouaves Paris (ZVP), Marc de Cacqueray-Valmenier diketahui mengunggah foto dirinya di media sosial dengan seragam militer dan senjata otomatis. Sebagai informasi, ZVP adalah kelompok neo-Nazi yang pro-kekerasan.

Baca Juga

Harian Prancis Liberation melaporkan bahwa De Cacqueray-Valmenier juga pergi ke Ukraina tahun lalu. Dirinya, diketahui mengagumi kelompok Azov ultra nasionalis, sayap kanan.

Mengutip Daily Sabah, Selasa (3/11). partisipasi Valmenier menunjukkan bahwa kelompok sayap kanan Eropa juga mulai berperang bersama Armenia, selain dari kelompok YPG / PKK. YPG adalah PKK cabang Suriah.

Hal itu ditegaskan oleh Albert Mikaelyan, seorang tentara yang ditawan oleh pasukan Azerbaijan karena membebaskan wilayah negara itu. Bulan lalu, ia mengakui bahwa teroris Partai Pekerja Kurdistan (PKK) bertempur dalam barisan pasukan Armenia di Nagorno-Karabakh. Wilayah yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan. PKK terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa. 

Jika menilik ke belakang, hubungan antara republik-republik bekas Soviet itu tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh. Bentrokan baru-baru ini kembali meletus pada 27 September, dan sejak itu Armenia berulang kali menyerang warga sipil dan pasukan Azerbaijan, bahkan melanggar tiga gencatan senjata kemanusiaan sejak 10 Oktober.

Turki, secara gamblang mendukung hak Baku untuk membela diri dan menuntut penarikan pasukan pendudukan Armenia. Hal serupa juga ditekankan oleh berbagai resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyerukan penarikan pasukan penyerang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement