REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Teman dekat Jamal Khashoggi mengatakan sebelum dibunuh, jurnalis Arab Saudi itu sempat merasa diancam oleh orang-orang dekat Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman. Hal ini disampaikan dalam sidang di pengadilan Istanbul.
Sidang mendengarkan saksi kedua yang digelar di Kantor Kejaksaan Umum Istanbul. Sidang tidak dihadiri 26 tersangka dari Arab Saudi, termasuk dua mantan staf Pangeran Mohammed bin Salman.
Khashoggi dicekik dan dihilangkan di dalam kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 lalu. Saat ia masuk ke dalam kantor tersebut untuk mengambil dokumen yang ia perlukan untuk pernikahannya dengan Hatice Cengiz.
Di persidangan, pembangkang politik Mesir dan teman lama Khashoggi, Ayman Nour mengatakan Khashoggi yang bekerja sebagai kolumnis di Washington Post merasa diancam oleh petinggi media Arab Saudi. Nour mengatakan ia juga mengenal orang yang mengancam Khashoggi.
"Saya mengenal Khashoggi selama 30 tahun Kami pernah bekerja dengannya dalam sebuah proyek majalah di London, ia memberitahu saya ia diancam oleh al-Qahtani dan keluarganya, al-Qahtani dekat dengan anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi," kata Nour seperti dikutip media Turki, Hurriyet Daily, Rabu (25/11).
Ia mencatat Khashoggi sudah tinggal di Istanbul sejak 2015. Ia pun menekankan pertemuan antara Khashoggi dengan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
"Pada 2016, Khashoggi memberitahu saya ia akan bertemu dengan Mohammed, mereka berselisih mengenai anggaran tahun berikutnya, Khashoggi memberitahu saya, di akhir pertemuan, Bin Salman bertanya padanya 'Kamu sering mengunjungi Istanbul, mengapa kami bertemu Ayman Nour? Khashoggi tidak menjawab pertanyaan itu," kata Nour.
"Ketika Khashoggi kembali ke Turki, ia berfoto bersama saya dan mengunggahnya di akun media sosialnya dengan catatan 'Ayman teman lama saya', itu jawaban untuk Mohammed," tambah Nour.
Nour mengatakan, Mohammed bin Salman tahu ia tidak menyukainya. "Saya memiliki investasi di media Turki, pada 2017, Khashoggi menelepon saya dari Amerika dan mengatakan pada saya ia ingin membuat pernyataan," kata Nour.
"Itu aneh, kami sudah berkali-kali mengajaknya melakukan wawancara, ia selalu menolak, lalu ia menelepon dan mengkritik pemerintah Arab Saudi dengan keras," kata Nour dalam kesaksiannya.
Berdasarkan kesaksian Nour, satu pekan kemudian Khashoggi mengunjungi Turki. Ia meminta agar wawancaranya tidak disiarkan di televisi. Nour menanyakan alasannya.
"Dia bilang 'al-Qahtani menelepon dan mengancam saya' lalu ia mulai menangis, saya mencoba menenangkannya," kata Nour.
Nour mengatakan Khashoggi pun akhirnya melakukan wawancara lagi. Pernyataannya bertolak belakang dengan wawancara sebelumnya. Nour juga mengingat kunjungan Khashoggi ke konsulat Arab Saudi di Istanbul.
"Ia akan menikahi tunangannya, jadi ia membutuhkan beberapa dokumen, setelah kunjungan pertamanya ke kantor konsulat, dia menelepon saya dan mengatakan 'mereka memperlakukan saya dengan baik dan hormat, apakah kami harus bertindak kejam dengan mengkritik mereka?' satu pekan kemudian ia datang lagi untuk mengambil dokumen yang ia butuhkan, dan hal ini pun terjadi," kata Nour.
Pada bulan Maret lalu jaksa Turki menuduh Saud al-Qahtani, mantan penasihat putra mahkota dan mantan deputi kepala intelijen Arab Saudi Ahmad al-Asiri dengan pasal pembunuhan tingkat pertama. Sekitar 18 orang warga negara Arab Saudi lainnya didakwa pembunuhan berencana.
Jaksa ingin semua terdakwa mendapatkan hukuman seumur hidup. Tunangan Khashoggi Cengiz juga menghadiri sidang tersebut yang ditangguhkan hingga 4 Maret 2021.