Senin 07 Dec 2020 19:31 WIB

Memmedova Bangga Suami dan Ayahnya Jadi Martir Lawan Armenia

Letnan Anar terbunuh saat serangan Armenia di wilayah Daşaltı.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang penjaga perdamaian Rusia masuk ke Dadivank, sebuah biara Gereja Apostolik Armenia yang berasal dari abad ke-9, setelah pengalihan wilayah Kalbajar ke kendali Azerbaijan, sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengharuskan pasukan Armenia untuk menyerahkan wilayah Azerbaijan yang mereka pegang di luar. Nagorno-Karabakh, dekat Kalbajar, Azerbaijan, Rabu, 2 Desember 2020.
Foto: AP/Emrah Gurel
Seorang penjaga perdamaian Rusia masuk ke Dadivank, sebuah biara Gereja Apostolik Armenia yang berasal dari abad ke-9, setelah pengalihan wilayah Kalbajar ke kendali Azerbaijan, sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengharuskan pasukan Armenia untuk menyerahkan wilayah Azerbaijan yang mereka pegang di luar. Nagorno-Karabakh, dekat Kalbajar, Azerbaijan, Rabu, 2 Desember 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Nezire Memmedova harus kehilangan ayah dan suaminya selama konflik melawan Armenia. Meski harus merasakan luka akibat kesedihan, dia merasa bangga atas perjuangan orang terdekatnya.

"Ayah saya Haydar Hamidov telah menjadi martir heroik demi kemerdekaan tanah kami. Ayah saya adalah seorang pahlawan yang berani dan patriotik," ujar Nezire saat kehilangan Haydar Hamidov pada 6 Februari 1992, selama perang pertama dengan Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh.

Baca Juga

Tumbuh sebagai putri seorang martir, Memmedova menikah dengan seorang tentara dan mengejutkan banyak orang. Setelah 12 tahun menikah dengan Letnan Kolonel Anar Memmedov, bentrokan pada September meletus.

“Semua orang bertanya kepada saya apakah saya takut menikah dengan tentara karena saya sudah mengalami kerugian besar. Saya katakan kepada mereka bahwa saya tidak takut," kata Nezire.

Menjabat sebagai tentara Azerbaijan selama 18 tahun, Letnan Kolonel Anar tidak ragu-ragu untuk bergabung dalam operasi pembebasan tanah Nagorno-Karabakh. Dia bertempur di garis depan, baik di Fuzuli dan Hadrut dan memainkan peran utama dalam pembebasan kedua provinsi tersebut.

Pada 20 Oktober, saat serangan Armenia di wilayah Daşaltı (Karintak), Anar terbunuh dan meninggalkan istri dan dua putrinya. "Saya sangat beruntung mendapat kesempatan bertemu dengan suami saya Anar. Saya bangga padanya. Aku akan terus bangga padanya selama sisa hidupku," kata Nezire menurut laporan Ihlas News Agency (IHA).

Ibu Nezire, Fahriye Hamideova, menyatakan bahwa dia harus membesarkan ketiga anaknya sendirian setelah suaminya meninggal dalam perang. Menghadapi kritik karena membiarkan anaknya menikah dengan seorang tentara, dia mengabaikan semua komentar dan membiarkan putrinya membuat keputusan sendiri.

"Saya tidak pernah menyesal membiarkan putri saya menikah dengan pria seperti Anar," kata Hamideova.

Hubungan antara bekas republik Soviet telah tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, wilayah yang diakui internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.

Bentrokan baru meletus pada 27 September. Setelah berminggu-minggu bentrok, kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia pada 10 November untuk mengakhiri pertempuran. Azerbaijan berhasil merebut kembali wilayah yang diduduki oleh Armenia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement