REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Turki sepakat untuk melanjutkan perundingan perjanjian kerja sama komprehensif (IT-CEPA) yang ditargetkan rampung pada 2021. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi di Jakarta, Selasa.
"Kami sepakat untuk melanjutkan perundingan Indonesia-Turki Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA), dengan harapan dapat selesai pada tahun 2021, sebagaimana dimandatkan oleh kedua pemimpin Indonesia dan Turki," kata Retno usai menemui Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavusoglu di Kementerian Luar Negeri RI, Selasa (22/12).
Indonesia dan Turki memulai perundingan IT-CEPA pada Januari 2018 di Jakarta, beberapa bulan setelah Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menggelar kunjungan kenegaraan ke Ankara pada Juli 2017. Sejauh ini, dua negara telah menyelesaikan perundingan IT-CEPA putaran keempat, yang berlangsung pada 30-31 Januari 2020 di Ankara, Turki.
Dalam pertemuan itu, delegasi dua negara membahas rencana pengurangan dan penghapusan tarif, serta berbagai isu terkait bea cukai, karantina barang, urusan hukum, fasilitas dan pengamanan perdagangan.
Bagi Indonesia dan Turki, IT-CEPA merupakan salah satu cara meningkatkan total nilai dagang yang saat ini masih dinilai belum optimal. Dalam kunjungannya ke Jakarta, Menlu Turki Çavusoglu menyebut total volume dagang antara dua negara baru mencapai 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp21,2 triliun).
"1,5 miliar dolar AS... masih jauh dari potensi kita sebenarnya," kata Çavusoglu saat memberi keterangan usai menghadiri pertemuan bilateral di Jakarta.
Oleh karena itu, dua negara telah sepakat untuk meningkatkan total nilai dagang sampai 10 miliar dolar AS (sekitar Rp141,45 triliun) melalui perjanjian dagang komprehensif IT-CEPA dan berbagai kemitraan lainnya.
Dalam pertemuan bilateral di Jakarta hari ini, Çavusoglu menyampaikan Turki sepakat meningkatkan nilai investasi ke Indonesia. "Perusahaan-perusahaan Turki tertarik berinvestasi ke Indonesia, meskipun di tengah situasi pandemi (Covid-19, red)," ujar dia menambahkan.
Terkait itu, Retno menyampaikan Pemerintah Indonesia menyambut baik minat investor Turki yang dinilai terus meningkat. Ia juga menyebut dua negara saat ini membahas beberapa proyek kerja sama di bidang perkapalan, pertanian, dan infrastruktur.
"Setelah pertemuan virtual antara Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia dengan Menteri Perdagangan Turki bulan Juli lalu, kita telah melihat besarnya minat perusahaan konstruksi Turki untuk berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, khususnya pada proyek jalan tol dan bendungan," terang Retno.
Ia menambahkan dua negara juga tengah aktif menjajaki peluang kerja sama bidang industri pertahanan. Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto minggu lalu mengunjungi Turki untuk membahas peluang kerja sama tersebut. "Saling kunjung antara pejabat dan para ahli di bidang pertahanan dan industri pertahanan telah menunjukkan peningkatan yang signifikan," kata Retno seraya menambahkan kegiatan saling kunjung itu telah berlangsung selama dua tahun terakhir.
Untuk sektor teknologi dan industri, Retno menyampaikan sejak Juni 2020, Indonesia dan Turki telah memulai pembicaraan yang intensif untuk membangun kerja sama di industri dirgantara, mobil elektrik, tempat peluncuran roket/pesawat ulang-alik, satelit, kendaraan peluncur satelit, teknologi medis dan farmasi.