REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Sekelompok orang bersenjata menyerang warga Desa Bekoji, Bulen, Ethiopia, pada Rabu (23/12). Lebih dari 100 orang dilaporkan tewas dalam kejadian tersebut.
Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Ethiopia adalah pihak yang melaporkan serangan brutal tersebut. “Dalam serangan sebelumnya, yang terlibat adalah orang-orang yang berasal dari ‘hutan’. Tapi dalam kasus ini, para korban mengatakan bahwa mereka mengenal orang-orang yang terlibat dalam serangan tersebut,” kata HAM Ethiopia dalam sebuah pernyataan dilansir Reuters, Kamis (24/12).
Seorang pejabat senior keamanan regional Gashu Dugaz mengungkapkan, otoritas berwenang mengetahui serangan di desa yang berlokasi di wilayah Benishangul-Gumuz tersebut. Ia menyebut pihak berwenang sedang memverifikasi identitas para penyerang dan korban. Namun dia tak memberikan informasi lebih lanjut.
Belay Wajera, seorang petani di kota barat Bulen, mengatakan, ia menemukan 82 jenazah di ladang dekat rumahnya pasca-serangan. Ia dan keluarganya terbangun karena suara berondongan tembakan. Mereka keluar dari rumah setelah mendengar sejumlah pria berteriak, “tangkap mereka”.
Istri dan lima anak Wajera tewas ditembak. Empat anak lainnya melarikan diri dan tak diketahui kondisinya. Sementara Wajera mengalami luka tembak di bagian bokongnya.
Penduduk kota lainnya, Hassen Yimama, mengungkapkan serangan kelompok bersenjata itu terjadi sekitar pukul 06:00 pagi. Dia mengaku menemukan 20 mayat di lokasi berbeda. Yimama sempat mengambil senjata untuk membela diri, tapi penyerang menembak perutnya.
Seorang petugas medis setempat mengatakan, ia dan rekannya merawat 38 warga yang terluka. Sebagian besar dari mereka menderita luka tembak. “Kami tidak siap untuk ini dan kami kehabisan obat,” kata salah seorang perawat. Dia menyebut seorang anak meninggal saat hendak dipindahkan ke klinik.
Menurut kesaksian warga yang selamat, para pelaku penyerangan tak hanya membunuh dan menembaki orang-orang yang melarikan diri, tapi juga membakar rumah mereka. Pembantaian itu terjadi sehari setelah Perdana Menteri (PM) Ethiopia Abiy Ahmed, kepala staf militer, dan pejabat senior lainnya mengunjungi wilayah tersebut untuk meminta warga tenang.
Dalam beberapa bulan terakhir, memang terjadi sejumlah insiden serangan di sana. Salah satu serangan kelompok bersenjata mengincar bus pada 14 November lalu. Sebanyak 34 orang tewas dalam kejadian itu.
“Keinginan musuh untuk memecah belah Ethiopia menurut garis etnis dan agama masih ada. Keinginan ini akan tetap tidak terpenuhi,” kata Abiy lewat akun Twitter pribadinya pada Selasa (22/12).
Kabupaten Bulen yang berlokasi di zona Metekel adalah daerah dengan penduduk beragam etnis. Sejak Abiy diangkat pada 2018, Ethiopia telah bergulat dengan kekerasan mematikan yang rutin.
Di wilayah terpisah, militer Ethiopia juga memerangi kelompok pemberontak di Tigray Utara. Konflik selama lebih dari enam pekan telah menyebabkan hampir 950 ribu warga mengungsi. Pengerahan pasukan federal ke sana telah menimbulkan kekhawatiran adanya kekosongan keamanan di wilayah bergolak lainnya.