REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Asisten Direktur Center for International Studies and Area di Northwestern University Danny Postel mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dapat melancarkan serangan sembrono terhadap Iran menjelang akhir masa jabatannya. Hal itu diungkapkan saat Iran memperingati satu tahun tewasnya mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani.
Postel mengungkapkan, masa pemerintahan Trump bakal berakhir kurang dari sebulan lagi. Dia yakin, dengan situasi itu, Trump mendapat tekanan dari sekutunya di Timur Tengah, yakni Israel dan Arab Saudi, untuk mengambil tindakan terhadap Iran.
"Trump adalah 'hewan' yang sangat terluka dan sangat terpojok dalam skenario permainan akhir. Dia punya waktu beberapa pekan lagi, dan kami tahu dia mampu melakukan perilaku yang sangat tidak menentu," kata Postel saat diwawancara Aljazirah akhir pekan lalu.
"Mungkin saja cambuknya yang paling tidak menentu dan paling sembrono belum muncul," ujar Postel menambahkan.
Direktur Future of Iran Initiative di Atlantic Council Barbara Slavin mengatakan ancaman perang yang lebih luas antara Iran dan AS tetap ada. Hal itu karena baik pemerintahan Trump dan Israel mengerahkan lebih banyak aset ke kawasan baru-baru ini.
"Konflik semacam itu akan menjadi klimaks yang mengerikan bagi kebijakan 'tekanan maksimum' AS yang gagal, yang membuat AS menarik diri secara sepihak dari JCPOA pada 2018, sementara Iran sepenuhnya patuh," kata Slavin.