Selasa 05 Jan 2021 05:20 WIB

Kematian di Korsel Melebihi Jumlah Kelahiran

Korsel masih bergulat dengan tingkat kelahiran terendah.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Kematian di Korsel Melebihi Jumlah Kelahiran. Orang-orang yang memakai masker wajah sebagai tindakan pencegahan terhadap virus corona berjalan di bawah spanduk yang menekankan kampanye jarak sosial yang ditingkatkan di depan Balai Kota Seoul di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 25 November 2020.
Foto:

Pergeseran ini disebabkan perubahan cara pandang wanita terhadap pacaran dan pernikahan. Menurut temuan Korea Institute for Health and Social Affairs (KIHSA), 64 persen wanita memilih tidak berkencan sehingga mereka bisa fokus pada hobi atau pendidikan mereka.

Beberapa dari mereka mengatakan tidak punya waktu, uang, atau kapasitas emosional untuk berkencan. Menurut survei 2018, hanya 22 persen wanita lajang yang menganggap pernikahan adalah bagian penting dalam hidup.

Pada 2019, 257.600 orang menikah, jumlah itu turun dibandingkan dengan 434.900 satu dekade sebelumnya. Pemerintah, dalam upaya memerangi penurunan angka kelahiran, telah mengurangi jam kerja per pekan dari 68 jam menjadi 52 jam pada 2019.

 

Pada Desember, pemerintah memperkenalkan bonus tunai untuk persalinan, subsidi pengasuhan anak, dan memperluas tunjangan untuk keluarga dengan banyak anak. Pemerintah memperkirakan, jika tren persalinan saat ini berlanjut, populasi negara akan menyusut menjadi 39 juta pada 2067.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement