REPUBLIKA.CO.ID, AL-ULA -- Pemulihan hubungan Arab Saudi dan tiga sekutunya dengan Qatar mendapatkan sambutan hangat dari banyak pihak. Kabar baik ini dapat tercipta dalam penyelenggaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-41 Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) pada Selasa (5/1).
Atas pencapaian itu, negara-negara yang terlibat dalam pemutusan hubungan yakni Mesir, Uni Emirat Arab ,dan Bahrain menyambut dengan baik. Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, mengatakan dalam akun Twitternya bahwa langkah itu merupakan upaya membangun masa depan yang lebih baik di kawasan.
"Saya berterima kasih kepada saudara-saudara di Kerajaan Arab Saudi atas penerimaan yang murah hati dan saya berterima kasih kepada Negara Kuwait atas upaya yang berharga," ujar Emir Qatar itu.
Sedangkan dari sisi Saudi, Putra Mahkota Mohammed Bin Salman pun menyampaikan nada yang sama. Dia mengungkapkan kebutuhan yang mendesak untuk bersatu dalam menghadapi tantangan.
"Saat ini ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk menyatukan upaya kami untuk mempromosikan wilayah kami dan untuk menghadapi tantangan yang mengelilingi kami," kata pemimpin de facto Saudi ini.
Uni Emirat Arab pun menilai pertemuan tahun ini sangat positif. "Pertemuan puncak yang positif akan mempersatukan barisan dan membangun persaudaraan. Perubahan dan tantangan di sekitar kita membutuhkan kekuatan, kohesi, dan kerja sama Teluk yang tulus serta kedalaman dan stabilitas Arab," ujar Perdana Menteri dan Wakil Presiden UEA dan Penguasa Dubai, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan negaranya menghargai setiap upaya untuk mencapai rekonsiliasi. "Menghargai setiap upaya tulus yang dilakukan untuk mencapai rekonsiliasi antara negara-negara kuartet Arab [Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain] dan Qatar," ujar kementerian tersebut.
Pernyataan-pernyataan hangat dari negara-negara yang terlibat pun mengundang ucapan selamat dari banyak pihak. Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit menyambut baik deklarasi Al-Ula tersebut. Menurutnya, setiap tindakan efektif yang mengarah pada ketenangan dan kenormalan di antara negara-negara Arab akan menjadi kepentingan persatuan Arab.
"Tidak ada keraguan bahwa tantangan besar yang dihadapi dunia Arab membutuhkan pemulihan keretakan secepat mungkin dan mencapai konsensus di antara saudara-saudara Arab, karena setiap perbedaan Arab harus diselesaikan demi keamanan Arab, yang kita semua butuhkan secepatnya mungkin," ujar Gheit.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif memberi selamat kepada Qatar setelah pengumuman itu. "Selamat kepada Qatar atas keberhasilan perlawanannya yang berani terhadap tekanan & pemerasan," tulisnya di Twitter.
Zarif pun menyatakan Iran bukanlah musuh atau ancaman bagi negara-negara Arab. "Cukup mengkambinghitamkan, terutama dengan pelindung sembrono dalam menemukan jalan penyelesaian. Saatnya menerima tawaran kami untuk wilayah yang kuat," tulisnya.
"Ekspresi keinginan bersama untuk menyelesaikan sengketa Teluk dan pengumuman pemulihan hubungan diplomatik dengan Qatar merupakan perkembangan yang disambut baik," kata Kementerian Luar Negeri Turki.
Turki berharap Deklarasi Al Ula yang ditandatangani di akhir KTT akan mengarah pada penyelesaian akhir konflik. "Dengan pemulihan kepercayaan bersama di antara negara-negara Teluk, Turki siap untuk mengembangkan lebih lanjut kerja sama kelembagaan dengan GCC di mana Turki adalah mitra strategisnya," ujar pernyataan resmi.
Dikutip dari Aljazirah, Arab Saudi, UEA, Mesir, dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan serta memberlakukan pembatasan darat, laut, dan udara dengan Qatar. Mereka menuduh Doha mendukung kelompok teroris dan terlalu dekat dengan Iran dan tuduhan tersebut pun terus dibantah oleh Qatar.