Sekitar 70 persen vaksin akan datang dari AstraZeneca, yang suntikannya paling murah dengan harga 54 rand (sekitar Rp 50 ribu) per dosis, sementara Johnson & Johnson akan mendapatkan alokasi 20 persen, dan Pfizer dan Moderna masing-masing 5 persen.
Afrika Selatan belum menandatangani kesepakatan dengan salah satu dari mereka. Negara itu berpartisipasi dalam inisiatif COVAX yang dipimpin bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetapi hanya untuk 10 persen populasinya.
"Kementerian telah mendekati sejumlah produsen vaksin dan diskusi berada pada tahap sensitif," kata Mkhize, yang menambahkan bahwa dia yakin pembicaraan akan segera selesai.
Biaya yang dibutuhkan akan mencapai 20,6 miliar rand (sekitar Rp 19,2 triliun) jika Afrika Selatan berhasil mencapai 67 persen cakupan populasi yang ditargetkan, berdasarkan model pengadaan vaksin yang dibuat pemerintah.
Prioritas akan diberikan kepada 1,25 juta petugas kesehatan, kemudian tahap kedua akan menargetkan pekerja esensial lainnya, orang-orang di atas 60 tahun dan orang dengan penyakit penyerta dengan total 8 juta orang, kemudian sisanya akan divaksinasi pada tahap ketiga, kata Mkhize.
Dia mengakui kritik dari dokter bahwa pemerintah telah bergerak lambat dalam pengadaan vaksin, tetapi meyakinkan bahwa "vaksin akan tersedia".