REPUBLIKA.CO.ID, LAMESA -- Eddie Emerson sebagai pendukung Donald Trump merasa penyerbuan di Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) sudah berlebihan. Dia mengatakan tidak menyukai kekerasan yang tertangkap di TV pada Rabu (7/1).
Orang-orang membalikkan barikade, bentrok dengan polisi dan mengerumuni gedung di Washington yang menampung Senat dan House of Representatives. Kondisi ini menarik perhatian banyak pihak termasuk pendukung Trump lainnya, seperti Emerson.
Tapi, Emerson mengungkapkan rasa frustrasi kemunafikan dari mereka yang mengutuk kerusuhan tetapi menutup mata terhadap kekerasan pada protes Black Lives Matter musim panas lalu. "Bagaimana dengan Portland?" tanyanya menunjuk bulan protes dan kekacauan di kota terbesar Oregon.
Dalam puluhan wawancara dengan pendukung Trump di wilayah yang sangat konservatif di Texas dan Georgia, mereka mengutuk kekerasan Rabu. Namun, pada saat yang sama tidak meminta pertanggungjawaban presiden atas terjadinya peristiwa itu.
Emerson mengatakan memahami kemarahan di balik kerusuhan itu. Pengunjuk rasa dinilai mengungkapkan kemarahan atas kepercayaan tentang hasil pemilu dari curang yang dimenangkan oleh Demokrat Joe Biden.
Sementara Emerson dan yang lainnya mengatakan akan menerima Biden mengambil alih kekuasaan pada 20 Januari. Namun, mereka juga mengatakan akan terus mendukung Trump.
“Trump bukan politisi. Kami mengirimnya ke Washington untuk menyingkirkan 'rawa', tapi 'rawa' menyingkirkannya. Dan sejauh yang saya ketahui, rawa itu sekarang termasuk Partai Republik, bersama dengan Demokrat," kata pria berusia 67 tahun.